Anak Sd Sedang Belajar Kelompok Di Taman

Pembentukan Karakter Anak Sejak Usia Dini di PAUD

Oleh:
Drs. Johari Efendi, M.Pd (Widyaiswara Menengah LPMP Aceh)
email: johari.efendi@yahoo.co.id


Khayali



Pembentukan karakter harus bersifat multilevel dan multi-channel karena tidak mana tahu sahaja  dilaksanakan oleh lembaga PAUD, tetapi juga oleh batih dan masyarakat. Pembentukan  karakter  perlu  keteladanan, perilaku  nyata  dalam  setting  semangat otentik dan enggak bisa dibangun secara instan. Vitalitas  prematur  merupakan masa  persiapan  untuk  sekolah  yang  sesungguhnya,  maka  pembentukan fiil  yang  baik  di  vitalitas  dini  merupakan  hal  yang  sangat penting bakal dilakukan. Pembentukan karakter sejak usia dini sangat terdepan seyogiannya anak memiliki mental yang tangguh saat menghadapi tangan, pertukaran dan situasi tertentu di masa akan nomplok. Kemenangan  pengembangan  karakter  kerumahtanggaan  pendidikan  anak asuh  jiwa dini dapat  diketahui berusul  perilaku sehari-hari yang terbantah  pada setiap  aktivitas berikut: 1) keluasan pikiran, 2) kesadaran, 3) kejujuran, 4) keikhlasan, 5) kesederhanaan, 6) kemerdekaan, 7) kepedulian, 8) independensi dalam bertindak, 9) kecermatan/ ketepatan, 10) komitmen, 11) mematuhi peraturan, dan 12) menghargai hak dan kewajiban.

Kata Taktik: Pembentukan, Karakter, PAUD

PENDAHULUAN

Karakter bangsa merupakan aspek penting dari sumber pusat manusia (SDM), karena kualitas  budi  nasion  menentukan  kemajuan  suatu  nasion.  Karakter nan berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Gerombolan momongan usia dini merupakan kelompok yang lampau strategis dan efektif dalam pembinaan dan pembentukan karak­belangkin, keadaan ini harus menjadi kesadaran kolektif dari seluruh atom bangsa ini.

Beberapa negara beradab layaknya Jepang sudah menerapkan pendidikan karakter sejak lama. Bagi mereka mengajarkan anak-anak mengaji, menulis dan menghitung adv amat mudah, karena otak mereka yang masih bisa berkembang dengan baik. Namun karakter merupakan pelajaran nan harus diaplikasikan berbunga sejak prematur.

Pembentukan fiil momongan harus dimulai sejak usia dini. Harapan pembentukan karakter sejak kehidupan dini ialah untuk mewujudkan kepribadian momongan nan baik sehingga esok ketika sudah dewasa menjadi pribadi nan baik dan berakhlak sani yang dapat memberikan manfaat kepada sesama manusia dan lingkungannya.

Pembentukan budi merupakan salah satu tujuan Pendidikan nasional. Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Perian 2003 tentang Sistem Pendidikan Kebangsaan menyatakan bahwa intensi pendidikan kebangsaan adalah mengembangkan potensi siswa didik untuk n kepunyaan kecendekiaan, khuluk, dan ahlak mulia. Amanat  Undang-Undang ini berujud agar pendidikan tidak hanya membentuk individu Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi nasion yang bertunas dan berkembang dengan nilai-poin mulia karakter bangsa.

Program pendidikan momongan usia dini sebatas kini masih banyak menyisakan permasalahan. Pertama, masih banyaknya kelompok anak usia dini nan belum dapat mengakses pendidikan (sampai pengunci 2019, APK PAUD baru tergapai sebesar 68% berbunga bulan-bulanan target 77,2%). Kedua, kurangnya pemahaman para hawa akan hakikat intensi pendidikan nasional untuk membangun peserta ajar menjadi khalayak holistik yang berkarakter, beriman dan bertakwa kepada Yang mahakuasa Yang Maha Esa. Kenyataannya pendidikan kita kini ini lebih menekankan pada pembentukan kecendekiaan sarjana dari pada pembentukan kecerdasan sosial romantis atau kecerdasan sepritual (pembentukan fiil). Hal ini dibuktikan dengan Ujian Nasional (UN) sebagai sorong ukur keberhasilan pendidikan tanpa melihat proses pembentukan karakter dan budi pekerti anak.

Penyebab terjadinya proses pendidikan begini tidak sungkap dari tuntutan orang tua, yang mencitacitakan anaknya cepat pinter, cepat dapat membaca batik dan menghitung (calistung), sehingga tubin anaknya dapat ikut kesekolah dasar favorit (SD menang). Mereka tidak kepingin memahami kondisi anak-anaknya, nan penting anaknya bisa masuk sekolah berjaya, sehingga akan menjadi kebanggaan sosok wreda. Memaksakan anak usia dini berlatih calistung akan beresiko timbulnya stres jangka pendek dan rusaknya perkembangan kehidupan anak kerumahtanggaan paser panjang (Elkind, 2000:12). Praktek begini jelas akan menghambat proses pembentukan karakter anak.

Ketiga, kurangnya pemahaman pendidik PAUD dalam pembentukan karakter sejak usia prematur baik dalam metode mapun dalam pendekatan berlajar melalui bertindak, menyebabkan tidak terbentuknya karakter anak sejak dini. Pembelajaran di PAUD lebih mengutamakan mengembangkan kecerdasan kognitif dari pada intelek afektif atau pembentukan kepribadian.

Keempat, kurang sinergisnya antara pendidikan di lembaga PAUD, di flat oleh ayah bunda/keluarga dan dimasyarakat. Ketiga anasir utama pendidikan ini (lembaga PAUD, orang tua dan masyarakat) harus saling kontributif untuk peningkatan pembentukan karak­belangkin momongan usia dini. Ketidak sinergisan pembentukan karakter anak menjadi parsial, dan enggak holistik, sehingga unjuk gejala anak nyawa dini yang bergaya dan berperilaku kurang baik sebagaimana menjadi penakut, pemarah, destruktif, pemalu, defresi, suka berbohong dan sebagainya. Diperlukan sebuah pendekatan dalam pembentukan karakter anak spirit dini, nan dapat menjadi panduan bagi pendidik PAUD, orang tua, dan pengasuh dalam membentuk karakter momongan sejak kehidupan dini.

PEMBAHASAN

Pembentukan Khuluk Momongan Hayat Prematur

Pembentukan karakter pada hakekatnya yaitu hasil pemahaman dari hubungan nan dialami setiap manusia, yaitu hubungan dengan diri sendiri, dengan lingkungan, dan dengan Allah. Setiap hasil hubungan tersebut akan memberikan suatu pemahaman yang pada karenanya menjadi ponten dan keyakinan anak. Mandu anak memafhumi bentuk aliansi tersebut akan menentukan kaidah anak memperlakukan dunianya. Pemahaman negative akan berimbas sreg perlakuan nan negative dan pemahaman yang berupa akan memperlakukan dunianya dengan positif.

Selain itu pembentukan karakter anak juga dipengaruhi oleh faktor bawaan (nature) dan faktor lingkungan (nurture). Setiap makhluk mempunyai potensi bawaan yang akan bermanifestasi setelah dia dilahirkan, termasuk potensi nan terkait dengan khuluk atau nilai-kredit kebajikan. Makanya karena itu, sosialisasi dan pendidikan sediakala yang berkaitan dengan nilai-poin amal baik dikeluarga, sekolah maupan lingkungan yang lebih luas.

Faktor
nurture
adalah proses pemasyarakatan atau pendidikan yang dilakukan maka dari itu batih (orang tua), PAUD (temperatur), mileu (mahajana) nan lebih luas meme­gang peranan signifikan dalam pembentukan karakter seseorang. Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila dapat tumbuh pada lingkungan yang berka­rakter, sehingga fitrah setiap momongan yang dilahirkan suci boleh berkembang lebih optimal.

Pembentukan karakter anak harus menggunakan metode yang disesuaikan dengan perkembangan zaman sesuai dengan wahana-sarana ilmiah dan metode nan mudah dilaksanakan oleh para basyar tua atau, pendidik berasal beraneka rupa strata sosial. Ketersediaan orang tua maupun pendidik internal pembentukan fiil anak dapat dilihat berpangkal kaidah mereka memperlakukan dan mencaci momongan-anaknya. Bila mereka menuduh dan memperlakukan anak-anaknya dengan penuh perhatian dan hadiah cinta maka keseleo satu cara pembentukan karakter anak sudah tercurahkan.

Penelaahan di PAUD

Pembelajaran adalah sesuatu kegiatan nan mencengam kegiatan belajar dan mengajar. Kegiatan pembelajaran dilakukan berda­sarkan rencana yang terorganisir secara berstruktur nan men­cakup harapan pembelajaran, materi pembe­lajaran dan kegiatan pem­belajaran yang mencaplok metode dan media pembelajaran, evaluasi pembe­lajaran, dan umpan balik pembelajaran. Suatu susuk pembelajaran dan pelaksa­naannya perlu menuduh keadaan-hal yang terkait dengan (a) belajar bagaimana belajar, (b) sparing bagaimana ber­pikir, (c) belajar bagaimana mela­kukan, dan (d) belajar bagaimana berkomplot dan nasib bersama.

Sejalan dengan perkembangan anak semangat prematur, maka pembelajaran terbiasa menekankan sreg empat aspek tersebut di atas. Keadaan tersebut menjadi faktor nan responsif internal urut-urutan anak yang berkepentingan. Oleh karena itu, pengajian pengkajian yang direncanakan dan dilaksanakan puas rang pendidikan anak sukma dini nan dilakukan dalam kerangka berjenis-jenis kegiatan berperan perlu mementingkan pada empat aspek ter­sebut di atas ditambah dengan aspek-aspek bukan, sama dengan moral, perilaku baik bagaikan individu, bagaikan anggota masyarakat, maupun andai hamba allah sesuasi dengan poin-nilai keyakinan. Selain itu pendidik juga harus memperhatikan metode serta kebijakan kerumahtanggaan melaksanakan pengajaran.

Ada beberapa garis haluan kerumahtanggaan pelaksanaan kegiatan indoktrinasi kepada anak. Di antara strategi tersebut adalah: (1) Perasaan Intens (2) Pasrah Dorongan (3) Berikan Umpan Benyot Tunggal (4) Berikan Model Atau Contoh, (5) Mendemontrasikan, (6) Menciptakan dan menambahkan tantangan, (7) Memberikan cara alias bantuan lainnya, serta (8) Memberikan permakluman secara sekalian.

Stimulasi Pembentukan Khuluk Bagi Anak Spirit Dini

Karakter adalah watak, sifat, budi pekerti maupun kepribadian yang mengkhususkan seorang individu dengan insan lainnya. Anak adam yang berperangai baik merupakan anak adam nan belalah berusaha untuk mengamalkan berbagai macam situasi yang terbaik terhadap Almalik Sang Pencipta, dirinya sendiri, lingkungannya, insan lain, bangsa dan negaranya. Fiil yang baik berarti sosok yang mengerti tentang potensi dirinya dan n kepunyaan nilai-nilai hubungan dengan Tuhan Sang pencipta, nikah dengan sesama manusia dan hubungan dengan lingkungannya. Pembentukan poin-angka budi lega diri individu, nan meliputi: ilmu pengetahuan, pemahaman, kemauan dan tindakan bikin dapat melaksanakan poin-skor harus ditanamkan dari sejak nyawa dini.

Stimulasi pembentukan kepribadian sejak arwah dini dapat diberikan melalui pendidikan di tulangtulangan pendidikan sama dengan; di PAUD dan melalui pola jaga hamba allah tua di kondominium serta dilingkungan umum. Pemberian eksitasi pada anak usia dini harus diperhatikan oleh para pendidik ataupun ibu bapak yang yakni pemberi stimulasi, dan menerimakan pengembangan enam aspek perkembangan nan cak semau plong anak asuh usia dini. Keseleo satu aspek yaitu aspek moral dan nilai-nilai agama. Aspek tata susila mencengam sreg aspek lehidupan keagamaan, skor, dan karakter anak. Karakter yang teradat ditanamkan sejak spirit dini yaitu fiil yang mampu mengakar setakat jiwa anak asuh. Melewati penyampaian dengan pendirian-prinsip yang sopan dan sesuai dengan tahap perkembangan momongan, akan memungkingkan terwujudnya penyesuaian sebagai perilaku terhadap karakter yang akan ditanamkan. Penyampaian dengan prinsip yang menyejukkan dan menantang untuk dipelajari bikin anak, baik anugerah pemberitaan maupun pada reboisasi tingkah laku anak. Pendidik PAUD perlu memformulasikan formula pendedahan nan boleh digunakan umpama teladan dan referensi buat guru n domestik menyelenggarakan programa pendidikan anak semangat dini. Formula yang berlabel “konseptual penataran” ini mengimplementasikan meto­de bermain misal upaya ki memasukkan sikap/kepribadian buat anak kehidupan dini. Akan halnya model pendedahan dan pendekatan yang harus dilakukan suhu merupakan dengan mengasihkan ideal dan keteladanan serta berekspansi sikap karakter ibarat berikut:

  1. Nilai hubungannya dengan Yang mahakuasa si Penyusun

Dalam hal ini yaitu angka religius, merupakan tindakan seorang individu yang cangap diupayakan berdasarkan dari ponten-nilai ketuhanan atau ajaran agamanya. Kronologi ponten-nilai moral dan agama adalah kemampuan anak cak bagi bersikap dan bertingah larap. Islam telah mengajarkan skor-nilai nyata yang bermanfaat n domestik spirit bermasyarakat. Hal ini menyebabkan perlunya pengembangan pembelajaran terkait nilai nilai kesopansantunan dan agama.

  1. Biji hubungannya dengan sesama
  • Menghargai eigendom dan bagasi orang tak. Merupakan sikap yang gelojoh menghormati dan melaksanakan apa nan mutakadim menjadi milik anak adam lain dan dirinya sendiri.
  • Selalu patuh terhadap peraturan sosial. Dulu permainan, momongan-anak mengenal ataupun patuh terhadap peraturan-peraturan nan sudah lalu ditetapkan dalam permaian tersebut, sehingga lama kelamaan anak-anak teradat mematuhi nan bertindak ditengah-tengah masyarakat. Sikap taat terhadap ordinansi yang ada hubungannya dengan guna mahajana atau masyarakat.
  • Sopan dan santun. Sikap etis santun perlu diajarkan kepada anak asuh sejak usia  dini perlu ditanam sejak dini, sehingga mereka terbiasa berlaku santun dengan semua individu. Sikap ini menghampari menghormati, palamarta dan berprilaku baik terhadap hamba allah lain.
  • Menghargai karya dan prestasi orang lain. Merupakan sikap yang mengakui dan menghormati apa yang mutakadim dicapai oleh cucu adam lain.
  • Demokratis. Adalah sikap dan perilaku seseorang yang dilandasi oleh ponten-nilai kerakyatan.
  1. Kredit hubungannya dengan diri sendiri
  • Kepala dingin

Resan sabar adalah rasam utama yang harus ditanamkan intern diri anak usia prematur. Panjang hati adalah kemampuan menahanan diri sepatutnya tidak mudah marah, benci, dendam, tidak mudah terbang arwah, berkeluh kesah, melatih diri hendaknya selalu berbuat ketaatan dan membentengi diri kerjakan tidak melakukan perbuatan buas & maksiat. Sabar merupakan perintah Allah yang tercantum dalam Al-Qur’an Surat. Al-Baqarah: 153 yang artinya “Hai basyar-orang yang beriman, jadikanlah panjang hati dan shalat misal penolongmu, selayaknya Allah bersama orang-orang yang panjang usus“. Membantu anak berekspansi sifat panjang usus lain sekadar untuk menghindari keruncingan tapi juga mendukung dia mengembangkan keefektifan batin begitu juga kegigihan, disiplin diri dan kemampuan menghibur diri sendiri.

  • Andal

Jujur adalah kependekaran bakal membuka sesuatu sesuai dengan kondisi senyatanya. Sifat bonafide awalnya ditumbuhkan dengan memberikan ajun kepada anak, misalnya privat menge­­lola waktu kerjakan bermain, belajar, melakukan hobi, dan bernaung. Kejujuran juga ditumbuhkan kerumahtanggaan komitmen mengerjakan tugas dengan jerih payahnya sendiri serta kemampuan menghambat godaan cak bagi tak melang­gar hak/milik orang tidak.

  • Integritas

Integritas adalah kemampuan bikin melak­sanakan tugas yang diemban secara jumlah atau munjung dedikasi. Intern konteks ini, anak di­biasakan diberikan tugas.Selama pengerjaan tugas, guru membimbing anak semoga intern setiap prosesnya, anak asuh melaksanakan tugas tersebut munjung tanggung jawab.

  • Adil

Sifat independen dapat ditumbuhkan dalam keseharian.Komplet, ketika diberi sekotak permen cokelat, sampaikan pesan seharusnya seluruh penghuni apartemen dibagi. Coba amati, apakah ia kaya mem­bagikan permen yang didapat dengan adil? Cak bagi itu, jangan lupa mengecek kepada anggota keluarga yang tak, apakah seluruh penghuni ru­mah mujur jumlah yang sama? Atau, ketika di sekolah, mintalah anak untuk mengoordinasi tugas bersih-polos kelas. Coba amati, apakah ia fertil memberi tugas tersebut dengan merata pada teman-antitesis sekelasnya.

  • Pemberani

Memaksimalkan adat pemberani, dapat diberikan kepada momongan dengan memberikan tugas nan menantang begitu juga nekat bertanya, mengajukan pendapat, menyerahkan kesempatan kerjakan menunjukan kemampuan dan sebagainya.

  • Pembelajar

Tumbuhkan rasa cak hendak tahu momongan melalui kegiatan sehari-hari di mana semata-mata. Umpama, ketika derita­lewati benang besi listrik nan membentang di tepi kronologi, tanyakan mengapa burung yang bertengger di situ tidak rantus sengatan listrik. Kerumahtanggaan keadaan ini pendidik harus terlebih silam senggang jawabannya yang bersusila. Ataupun selagi bermain di taman, sampaikan fungsi daun buat pohon dan lingkungan. Kebiasaan pem­belajar sangat didukung oleh kegemaran mem­baca ki akal dan kemampuan berpikir reseptif.

  • Kerja Sama

Kemampuan bekerja sama dengan orang bukan sekaligus mengamalkan sinkronisasi tugas dengan padanan suatu cak regu merupakan pelecok satu bentuk budi. Anak yang berkarakter, tentunya akan menggunakan bahasa yang benar dan tegas dalam menyampaikan perintah. Latihan bisa dilakukan bersama jodoh-temannya pada saat menuntaskan mainan yang dimainkan bersama. Di PAUD, momongan bisa bergiliran menjadi komandan barisan atau komandan kelompok tugas.

  1. Nilai hubungannya dengan mileu
  • Rasa peduli terhadap lingkungan. Yakni sikap yang selalu mencegah kebinasaan terhadap lingkungan, dan selalu berupaya untuk memperbaikinya jika terjadi kerusakan pada mileu serta selalu menjaga kelestarian alam.
  • Peduli sosial. Merupakan sikap nan gegares memberi bantuan atau menolong orang bukan yang memang sedang membutuhkan bantuan.
  • Menghargai keberagaman atau perbedaan. Merupakan sikap yang menghormati dan menghargai keragaman budaya, agama, adat dan lain-tidak.
  • Poin kebangsaan. Merupakan sikap nan selalu mengistimewakan bangsa dan negaranya diatas guna pribadi.

Pembentukan budi memerlukan  keteladanan dan jamahan berpangkal prematur hingga  dewasa. Sebab, puas dasarnya,  momongan yang  berkepribadian  rendah  adalah  anak  yang  tingkat  jalan  emosi-sosialnya adv minim sehingga anak  beresiko mengalami  kesulitan  belajar, berinteraksi  sosial,  dan  tidak  berpunya  mengontrol  diri.

Stimulan skor-poin budi ini harus dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, yaitu melampaui kegiatan sparing melalui berperan. Artinya: pendidik/guru harus peka terhadap perlambang-isyarat anak asuh, mengecap minat, keinginan maupun pendapat anak, tidak memaksakan kehendak, penuh kasih caruk, dan kegembiraan, menciptakan rasa aman dan nyaman, memberi
paradigma
sonder memaksa,
menyorong
kepahlawanan untuk mencoba berkarya, memberikan sanjungan atau pujian atas keberhasilan atau perilaku yang baik,memberikan koreksi bukan intimidasi atau hukuman bila momongan tidak bisa mengerjakan sesuatu atau ketika melakukan kesalahan. Kamil pendidikan otoritatif terdepan cak bagi berekspansi kreativitas anak. Mendengarkan pendapat momongan, dorong momongan untuk kosen mengucapkan pendapatnya, hargai pendapatnya, tidak memotong pembicaraannya, pendidik tidak memaksakan pendapat alias melecehkan pendapat anak asuh. Merangsang anak untuk tertarik mengamati dan memperdebatkan tentang beraneka ragam hal di lingkungannya, serah kebebasan dan dorongan untuk mengembangkan imajinasinya, merenung, berfikir, mencoba dan membentuk gagasan. Berikan pujian kerjakan hasil yang telah dicapainya walau sekecil apapun. Bila sejak dini anak kita dorong untuk berbagi dan ki memenungkan insan lain berfaedah telah membentuk sifat nan baik.

Selain itu untuk berekspansi kreatifitas, imajinasi dan kemandirian, anak wajib diberikan kebebasan kerjakan bermain bebas dan berbuat bermacam ragam kegiatan menyempurnakan keperluannya seorang. Pendidik ataupun ayah bunda harus terus membagi dorongan atau memotivasi dengan panjang hati dan memberikan kesempatan/waktu nan memadai bagi anak asuh bikin menuntaskan tugas alias pekerjaannya. Keberhasilan  pengembangan  budi  dalam  pendidikan  anak asuh  semangat prematur dapat  diketahui dari  perilaku sehari-hari yang tampak  pada setiap  aktivitas berikut: 1) toleransi, 2) kesadaran, 3) keterusterangan, 4) keikhlasan, 5) kesederhanaan, 6) otonomi, 7) kepedulian, 8) independensi intern main-main, 9) kecermatan/ presisi, 10) komitmen, 11) mematuhi regulasi, dan 12) menghargai hak dan barang bawaan.

KESIMPULAN

Karakter nan berkualitas teradat dibentuk dan dibina sejak nyawa dini. Membentuk dan menum­buhkan khuluk memerlukan proses nan panjang. Fiil manusia enggak terjadi secara otomatis. Kendati secara fitrah insan memiliki potensi mencintai keistimewaan. Budi ibarat urat yang harus diba­ngun dengan latihan yang terus menerus, sehingga otot yang terbentuk bagus. Pada tahun spirit dini inilah yang merupakan hari kritis bakal membentuk budi seseorang.

Kegagalan penghutanan  budi yang  baik  di usia prematur ini akan membentuk pribadi yang  bermasalah di masa dewasanya. Keberuntungan orang lanjut usia ataupun pendidik membimbing anaknya internal mengatasi konflik kepribadian  di  usia  prematur  lampau  menentukan  kemajuan  momongan  dalam  jiwa sosial di masa dewasanya. Cak semau  dua  faktor  nan  mempengaruhi  karakter  anak asuh  usia  prematur:  1) faktor n domestik, meliputi insting/sifat bawaan, aturan, kehendak/kedahagaan, suara hati,  dan  keturunan; dan  2)  faktor  ekstern,  menghampari  pendidikan  dan  lingkungan.

Keberuntungan  pengembangan  karakter  n domestik  pendidikan  anak  usia dini dapat  diketahui dari  perilaku sehari-waktu yang tampak  plong setiap  aktivitas berikut: 1) kesabaran, 2) kesadaran, 3) kejujuran, 4) keikhlasan, 5) kesederhanaan, 6) kemandirian, 7) kepedulian, 8) kemerdekaan dalam bertindak, 9) kecermatan/ ketelitian, 10) komitmen, 11) mematuhi peraturan, dan 12) menghargai eigendom dan kewajiban.

Daftar Bacaan

Elkind, 2000. Child Development and Education: Oxford University Press

Kemdiknas. 2010.
Pedoman Ekspansi Pembe­lajaran di Taman Kanak-Kanak Hari 2010. Jakarta: Direktorat TK dan SD. Kementerian Pendidikan Nasional.

Koesoema, D. 2007.
Pendidikan Fiil: Strategi Mendidik Anak di Zaman Menyeluruh. Jakarta: Grasindo.

Megawangi, R. 2004.
Pendidikan Karakter, Solusi yang Tepat Bagi Membangun Bangsa. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation.

Megawangi, R. 2005.
Membangun SDM Indonesia Menerobos Pendidikan Holistik Berbasis Budi. Cimanggis: Indonesia Heritage Foundation.

Megawangi, Ratna. 2007.
Semua Berurat plong Karakter. Jakarta: Lembaga FE UI.

Mustakin, Bagus. 2011.
Pendidikan Budi Emas: Membangun Delapan Karakter. Yokyakarta: Samudra Biru.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor  137  Tahun 2014 Akan halnya Standar Kewarganegaraan Pendidikan Anak Umur Dini.

Puskur Balitbang Depdiknas. 2007.
Pedoman Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.

Puskur, Balitbang Kemdiknas. 2010.
Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah
. Jakarta. Undang-undang No. 20 Tahun  2003 tentang Sistem Pendidikan Kewarganegaraan.

Source: http://lpmpaceh.kemdikbud.go.id/?p=2039

Posted by: skycrepers.com