Aplikasi Teori Belajar Di Kelas 1 2 3 Sd
PENERAPAN TEORI Berlatih DI SEKOLAH Dasar Merentang (Learning how to learn) Disusun Guna Memenuhi Tugas Gerombolan Mata Khotbah Ilmu jiwa Pendidikan Dosen Pengampu Dr.Muhammad Japar, M.Si
Disusun Oleh : 1. M Rizqi Akbar
(12.0305.0188)
2. Dodo Prastyoko
(12.0305.0170)
3. Lina Lestari
(12.0305.0167)
4. Reni Herawati
(12.0305.0203)
PENDIDIKAN Temperatur SEKOLAH Dasar FAKULTAS KEGURUAN DAN Didaktik UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2012/2013
i
Perkenalan awal PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,atas Rahmat dan Hidayah-Nya notulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Harapan juru tulis menciptakan menjadikan kertas kerja ini dengan kop “Makulat Pendidikan Realisme”kemujaraban menetapi tugas gerombolan alat penglihatan kuliah Metafisika Pendidikan. Terselesainya kertas kerja ini tak izin berasal dukungan serta bantuan dari berbagai ragam pihak,oleh karena itu carik haturkan terimakasih kepada; 1. Dr.Muhammad Japar, M.Si selaku dosen pembimbing nan telah memberikan arahan dalam penulisan makalah ini. 2. Rekan-rekan yang memasrahkan dukungan dan senawat. 3. Kepada semua pihak yang ikut membantu kerumahtanggaan penulisan makalah ini nan lain bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini pasti masih jauh dari kesempurnaan,makanya karena itu kritik dan saran penulis harapkan untuk perbaikan nan akan cak bertengger.Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat signifikan bagi penulis khususnya dan buat semua pembaca puas umumnya.
Magelang , 3 April 2013
Penulis
ii
DAFTAR ISI
1. Halaman JUDUL —————————————————————————————i 2. KATA PENGANTAR————————————————————————————–ii 3. DAFTAR ISI ————————————————————————————————iii 4. Ki I PENDAHULUAN ———————————————————————————1 4.a. Bidang Belakang —————————————————————————————–1 4.b. Rumusan Ki aib ————————————————————————————-3 4.c. Pamrih —————————————————————————————————3 5. BAB II PEMBAHASAN ———————————————————————————-4 5.a. Macam-macam Teori Berlatih ————————————————————————4 5.b. Tokoh-pengambil inisiatif Teori Belajar —————————————————————————7 5.c. Penerapan Teori Belejarb dan Pembelajaran ——————————————————8 5.d. Learning How To Lear ——————————————————————————–10 5.e. Peranan Siswa dan Master dalam proses sparing —————————————————-11 6. BAB III PENUTUP —————————————————————————————–14 6.a. Kesimpulan ——————————————————————————————–14 6.b. Saran —————————————————————————————————-14 7. Daftar pustaka ————————————————————————————–15
iii
Portal I PENDAHULUAN A. Meres BELAKANG
Puas prinsipnya proses belajar yang dialami turunan berlangsung sepanjang hayat, artinya membiasakan adalah proses yang terus-menerus, nan enggak korespondensi cak jongkok dan rendah pada dinding kelas. Hal ini didasari pada asumsi bahwa di sepanjang kehidupannya, manusia akan selalu dihadapkan pada ki aib-ki aib, rintanganrintangan dalam mencapai maksud yang ingin dicapai internal kehidupan ini.
Begitu banyak teori belajar serebral yang bisa hawa pelajari bikin diberikan kepada petatar. Sebab teori ini tidak luput semenjak ki aib pendidikan. Kata pendidikan didefinisikan makanya Driyakara sebagai upaya memanusiakan khalayak dan untuk menuju makhluk yang basyar tersebut hamba allah butuh belajar.
Belajar internal artian berputar privat proses menjadi orang. Teori membiasakan sangat diperlukan dalam kegiatan master dilapangan. Hal ini dikarena lakukan mendukung hawa bagaimana dapat memahami bagaimana siswa belajar, bagaimana guru harus merancang dan merencanakan proses pembelajarannya, mengelola kelas, mengerjakan evaluasi dan menciptakan kelas yang efektif.
Banyak teori belajar yang dapat digunakan para hawa lakukan berbagai ragam keperluan belajar. George R. Knight intern bukunya tentang filsafat pendidikan mengatakan bahwasanya belajar memang merupakan sebuah konsep yang sukar dirumuskan.
Banyak sekali yang membuat pernyataan tentang hakikat dari belajar dan bikin tujuan ini, menurut George R. Knight, berlatih agar dapat dirumuskan umpama proses yang menghasilkan kemampuan menyorongkan tingkah laku ‘manusiawi’ yang bau kencur. Baru disini dapat diartikan sebagai perkembangan yang relevan bersumber peserta ajar itu sendiri.
Selanjutnya dapat dirumuskan secara selintas bahwa belajar adalah proses yang enggak bisa dibatasi oleh konteks kelembagaan. Masih menurut George, seseorang barangkali semata-mata belajar secara mandiri (autodidak) atau dengan bantuan orang lain. 1
Terbit sini dapat dilihat bahwa belajar adalah proses hayat selama hayat dimana kita terusmenerus menambah pengalaman dan maklumat mentah dan boleh berlanjut kapan pun dan dimana pun.
Prinsip belajar selama hayat ini sejalan dengan empat pilar pendidikan mondial seperti yang dirumuskan UNESCO, merupakan: 1. Learning to know atau learning to learn mengandung denotasi bahwa sparing itu plong dasarnya enggak namun condong kepada produk alias hasil belajar, akan tetapi juga harus mendatangi kepada proses belajar. Dengan proses belajar, pelajar bukan cuma ingat akan apa yang harus dipelajari, akan belaka kembali memiliki kognisi dan kemampuan bagaimana cara mempelajari yang harus dipelajari itu.
2. Learning to do mengandung signifikansi bahwa belajar itu bukan hanya sekedar mendengar dan mengawasi dengan tujuan reklamasi pengumuman, cuma berlatih untuk berbuat dengan intensi pengunci penguasaan kompetensi yang sangat diperlukan dalam era persaingan mondial.
3. Learning to be mengandung signifikansi bahwa belajar adalah mewujudkan manusia yang “menjadi dirinya sendiri”. Dengan prolog bukan, belajar kerjakan mengaktualisasikan dirinya koteng sebagai khalayak dengan budi nan memiliki tanggung jawab sebagai orang.
4. Learning to live together adalah belajar bakal bekerjasama. Hal ini lalu diperlukan sesuai dengan tuntunan kebutuhan privat mahajana mendunia dimana manusia baik secara istimewa maupun secara keramaian enggak kali boleh hidup koteng atau melepaskan diri bersama kelompoknya.
2
B. RUMUSAN Penyakit 1. Sebutkan macam-macam teori berlatih? 2. Hipotetis penggagas-tokoh teori berlatih? 3. Bagaimanakah proses penerapan teori belajar dalam penelaahan? 4. Leraning how to learn? 5. Bagaimana peranan Peserta dan Master kerumahtanggaan proses belajar?
C. Harapan Mempelajari apa itu yang mananya teori sparing, proses penerapanya dan bagaimana menerapkanya dalam dunia pendidikan atau intern proses belajar mengajar.
3
BAB II PEMBAHASAN A. Macam-macam teori belajar? Berlatih merupakan proses bagi manusia buat menguasai majemuk kompetensi, ketrampilan dan sikap. Proses belajar dimulai sejak individu masih jabang bayi setakat selama hayatnya. Kapasitas manusia untuk membiasakan merupakan karakteristik utama yang membedakan turunan berbunga insan hidup lainnya. Analisis akan halnya kapasitas khalayak kerjakan belajar, terutama tentang bagaimana proses sparing terjadi pada individu n kepunyaan ki kenangan tinggi dan mutakadim menghasilkan beragam teori. Diversifikasi-spesies teori belajar dan pengajian pengkajian antara tidak: 1.
Teori Behavioristik Presumsi sumber akar teori sparing behavioristik menyatakan bahwa interaksi antara stimulus respons dan stabilitas terjadi internal satu proses membiasakan. Teori sparing behavioristik sangat menekankan pada hasil berlatih, merupakan perlintasan tingkah laris yang dapat dilihat. Hasil belajar diperoleh dari proses penguatan atas respons yang unjuk terhadap stimults yang bervariasi. Salah satu teori belajar behavioristik yakni teori classical conditioning berasal Pavlov yang didasarkan puas reaksi sistem bukan terkondisi dalam diri seseorng serta gerak refleks setelah mengakui stimulus. Menurut Pavlov, penstabilan bermain terdahulu intern mengkondisikan munculnya respons yang diharapkan. Kalau penguatan tidak dimunculkan, dan stimulus cuma ditampilkan sendiri, maka respons terkondisi akan melandai dan atau menghilang. Tetapi, suatu saat respons tersebut dapat muncul kembali. Tentatif itu, connectionism dari Thorndike menyatakan bahwa belajar merupakan proses coba-coba umpama reaksi terhadap stimulus. Respons yang moralistis akan semakin diperkuat melalui serangkaian proses coba-coba, sementara respons nan tidak benar akan menghilang. Akibat menyabarkan dari satu respons akan memperketat kemungkinan munculnya respons. Respons yang moralistis diperoleh dari proses yang berulang kelihatannya yang dapat terjadi hanya jika siswa dalam hal siap. Teori behaviorism berpokok Watson menyatakan bahwa stimulus dan respons yang menjadi konsep dasar kerumahtanggaan teori perilaku haruslah berbentuk tingkah kayun yang dapat diamati. Interaksi stimulus dan respons merupakan proses pengkondisian yang akan terjadi berulang-ulang untuk mencecah hasil yang cukup kegandrungan. 4
2.
Teori Belajar Kognitif Menuru teori belajar psikologis plong dasarnya setiap individu dalam bertingkah laris dan mengerjakan segala apa sesuatu senantiasa dipengaruhi maka itu tingkat-tingkat jalan dan pemahamannya atas dirinya seorang. Setiap orang mempunyai kepercayaan, ide-ide dan prinsip nan dipilih untuk keefektifan dirinya. Teori psikologis semenjak bersumber teori serebral dan teori psikologi. Aspek kognitif mempersoalkan bagaimana seseorang memperoleh pemahaman mengenai dirinya dan lingkungannya dan bagaimana ia berhubungan dengan lingkungan secara sadar. Sedangkan aspek psikologis ceratai masalah sangkutan atau interaksi antara orang dan mileu psikologisnya secara bersamaan. Psikologi kognitif mementingkan pada penting proses internal maupun proses-proses mental. Menurut teori belajar kognitif, belajar adalah proses-proses internal nan tidak dapat diamati secara langsung. Adapun intensi teori ini adalah: a.
Membentuk hubungan nan teruji, teramalkan bersumber tingkah larap orang-individu pada ruang spirit mereka koteng secara spesifik sesuai dengan situasi psikologisnya.
b.
Membantu master bikin mengerti orang lain, terutama muridnya, dan membantu dirinya sendiri.
c.
Mengkonstruksi pendirian-prinsip ilmiah nan boleh diterapkan n domestik kelas dan untuk menghasilkan prosedur xang memungkinkan belajar menjadi bernas.
d.
Teori
belajar
psikologis
menjelaskan
bagaimana
seseorang
mencapai
pemahaman atas diri dan lingkungannya silam menafsirkan bahwa diri dan lingkungannya merupakan faktor nan tukar berkaitan.
Insight ialah pemahaman sumber akar yang dapat diaplikasikan pada beberapa situasi yang sama atau hamper sama. Dapat juga dikatakan insight ialah kesadaran terhadap suatu kejadian secara mendalam. Insight terjadi dengan malihat kasus-kasus/peristiwa yang terpisah, kemudian manggeneralisasikannya sehingga timbul pemahaman. Perbedaan pandangan teori kognitif dan teori conditioning stimulus-respons yaitu perumpamaan berikut. Teori serebral menekankan pada arti-kemustajaban serebral, sedangkan teori behaviorisme pada segi fisiknya cuma. Teori kognitif berpusat lega situasi waktu ini, sedangkan teori behaviorisme pada rekaman periode lalu. 5
Dalam proses psikologis terjadi interaksi antara khalayak dengan lingkungannya secara simultan dan ubah membutuhkan. Cara-kaidah bawah teori sparing kognitif bisa dirumuskan perumpamaan berikut. a. Membiasakan merupakan situasi mental yang gandeng dengan berpikir, perhatian, persepsi, pemecahan masalah, dan kesadaran. b. Sehubungan dengan pendedahan, teori membiasakan perilaku dan serebral plong risikonya sekata bahwa guru harus memperhatikan perilaku siswa yang tertentang, sebagai halnya penyelesaian tugas rumah, hasil tes, disamping itu kembali harus mencerca faktor bani adam dan lingkungan psikologisnya. c. Juru psikologis berkeyakinan bahwa kemampuan berpikir setiap individu enggak setinggi dan tidak tetap dari waktu ke masa. Model teori berlatih kognitif yang banyak diterapkan dalam manjapada pendidikan adalah lengkap belajar penemuan dari Brunner, model belajar bermakna berbunga Ausebel, model pemrosesan informasi dan abstrak peristiwa pembelajaran bermula Rober Gagne, dan komplet “kronologi jauhari” berusul Jean Piaget. 3.
Teori Belajar Konstruktivisme Constructivism merupakan teori dari Piaget. Menurut pendirian pandang teori ini bahwa belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan melangkaui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya siswa akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangun atas pangkal realitas yang cak semau di kerumahtanggaan masyarakat. Konsekuensinya pendedahan harus mampu memberikan asam garam kasatmata bagi siswa. Sehingga model pembelajarannya dilakukan secara natural. Pengkhususan teori ini lain sreg membangun kualitas psikologis, hanya bertambah sreg proses buat menemukan teori yang dibangun bersumber realitas lapangan.
4.
Teori Sparing Humanistik Menurut teori humanistik, proses berlatih harus dimulai dan ditujukan bikin kepentingan memanusiakan basyar. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik sifatnya kian menekankan bagaimana memahami permasalahan manusia dari berbagai macam ukuran yang dimiliki, baik dimensi kognitif, afektif dan psikomotorik. Teori belajar ini makin banyakberbicara tentang konsep-konsep pendidikan buat membentuk cucu adam yang dicita-citakan, serta tentang proses membiasakan dalam bentuknya nan paling hipotetis. Dengan prolog tak, teori ini lebih tertarik pada pengertian belajar internal bentuknya yang minimal abstrak daripada pemahaman tentang 6
proses belajar seperti apa adanya, begitu juga yang sepanjang ini dikaji maka itu teoriteori membiasakan lainnya. Teori humanistik berpendapat bahwa teori belajar apapun, sarana infrastruktur apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya bakal memanusiakan turunan yaitu mengaras keutuhan nasib bagi manusia dengan indikasi (a) kemampuan aktualisasi diri, (b) kualitas pemahaman diri serta (c) kemampuan merealisasikan diri privat sukma yang nyata. Berdasarkan asumsi tersebut, maka bisa dikatakan bahwa teori humanistic berkarakter lalu eklektik. Tidak boleh disangkal lagi bahwa setiap pendirian alias pendekatan sparing tertentu, akan suka-suka kebaikan dan ada pula kelemahannya. Dalam arti ini eklektisisme bukanlah satu sistem dengan membiarkan unsure-unsur tersebut dalam keadaan sebagaimana adanya. Teori humanistik akan memanfaatkan teori-teori apapun asal tujuannya tergapai, ialah memanusiakan manusia.
B. Penggerak-tokoh teori berlatih? 1. Teori Piaget Menurut Piaget kronologi serebral pada momongan secara garis besar terbagi empat periode yaitu: a) periode sensori motor ( 0 – 2 tahun); b) periode praoperasional (2-7 tahun); c)periode operasional konkrit (7-11 tahun); d) musim gerakan normal (11-15) musim. Sedangkan konsep-konsep pangkal proses organisasi dan penyesuaian jauhari menurut Piaget yaitu: skemata (dipandang ibarat sekumpulan konsep); respirasi (peristiwa mencocokkan amanat baru dengan informasi lama yang mutakadim dimiliki seseorang; fasilitas (terjadi apabila antara wara-wara baru dan lama yang semula tidak sejadi kemudian dibandingkan dan disesuaikan dengan informasi lama); dan equilibrium (bila keseimbangan tercapai maka petatar mengenal informasi yunior).
2. Teori Bruner Teori
belajar
Bruner
hampir
serupa
dengan
teori
Piaget,
Bruner
mengedepankan bahwa perkembangan ilmuwan anak mengikuti tiga tahap representasi nan berurutan, yaitu: a) enaktif, segala perhatian momongan tergantung plong responnya; b) ikonik, eksemplar berpikir anak tergantung plong organisasi sensoriknya dan c) simbolik, anak telah mempunyai pengertian yang utuh tentang sesuatu hal sehingga anak telah mampu mengutarakan pendapatnya dengan bahasa. 7
Implikasi teori Bruner privat proses penerimaan adalah menghadapkan anak pada satu situasi yang memusingkan atau suatu masalah.Dengan pengalamannya momongan akan mencoba menyetarafkan atau mengorganisasikan kembali strukturstruktur idenya dalam susuk bikin mencapai keseimbangan di dalam benaknya. 3. Teori Vygotsky Teori Vygotsky beranggapan bahwa pembelajaran terjadi apabila momongan-anak bekerja atau belajar menindak tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugastugas itu masih berada kerumahtanggaan jangkauan kemampuannya (zone of proximal development), yaitu jalan kemampuan siswa rendah di atas kemampuan yang sudah lalu dimilikinya. Vygotsky kembali menjelaskan bahwa proses belajar terjadi pada dua tahap: tahap pertama terjadi pada detik berkolaborasi dengan orang lain, dan tahap berikutnya dilakukan secara individual nan di dalamnya terjadi proses internalisasi. Selama proses interaksi terjadi, baik antara master-siswa maupun antar siswa, kemampuan seperti silih menghargai, menguji kebenaran pernyataan pihak lain, bernegosiasi, dan silih mengadopsi pendapat boleh berkembang.
C. Penerapan teori membiasakan kerumahtanggaan pembelajaran? 1) Piaget Menurut Piaget, bahwa belajar akan bertambah berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan psikologis murid didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan kerjakan berbuat eksperimen dengan obyek raga, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu maka dari itu soal tilikan dari hawa. Guru seyogiannya banyak memberikan rangsangan kepada peserta tuntun hendaknya mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan beraneka ragam hal berpokok lingkungan. Menurut Jean Piaget, bahwa proses membiasakan sebenarnya terdiri bersumber tiga tangga, merupakan : a) Asimilasi ialah proses pengikatan (pengintegrasian) amanat mentah ke struktur kognitif yang sudah suka-suka dalam benak siswa. Contoh, bagi pesuluh yang sudah mengetahui prinsip penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan kaidah perkalian, maka proses pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah lalu ada n domestik benak siswa), dengan prinsip perkalian (sebagai warta plonco) itu nan disebut asimilasi. b) Akomodasi ialah orientasi struktur kognitif ke internal keadaan yang baru. Contoh, jikalau siswa diberi soal multiplikasi, maka berjasa pemakaian (aplikasi) 8
prinsip perkalian tersebut dalam hal nan mentah dan singularis itu nan disebut akomodasi. c) Equilibrasi (penyeimbangan) ialah penyesuaian bersambung-sambung antara asimilasi dan akomodasi. Contoh, agar siswa tersebut dapat terus berkembang dan menambah ilmunya, maka yang bersangkutan menjaga penstabilan mental dalam dirinya yang memerlukan proses penyeimbangan antara “dunia kerumahtanggaan” dan “dunia luar”. 2) Ausubel David Ausubel ialah salah satu tokoh pandai psikologi kognitif yang berpendapat
bahwa keberhasilan belajar petatar sangat
ditentukan makanya
kebermaknaan bulan-bulanan bimbing yang dipelajari. Ausubel mengidentifikasikan catur peluang tipebelajar, ialah : 1) belajar dengan rakitan yang bermakna, 2) berlatih dengan orasi yang bermakna, 3) belajar dengan penemuan nan tidak bermakna, dan 4) berlatih dengan ceramah yang tidak bermakna. Dia berpendapat bahwa menghafal bentrok dengan berguna, karena belajar dengan menghafal, peserta didik tidak boleh mengaitkan informasi yang diperoleh itu dengan wara-wara yang telah dimilikinya. 3) Bruner Dalam teori belajar, Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan ki berjebah takdirnya pesuluh bisa menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam kejadian ini Bruner membebaskan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu merupakan: a. Tahap informasi, yaitu tahap awal bikin memperoleh kabar atau pengalaman baru, b. Tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pemberitahuan baru serta mentransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk peristiwa-hal nan lain, dan c. Evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi bermoral atau tak.
9
D. Learning how to learn: 1. Signifikasi Learning How To Learn (belajar bagaimana cara kerjakan belajar) : Cara belajar yang mengarahkan dan mendorong peserta ajar untuk mengembangkan dan memperluas materi secara mandiri melangkaui diskusi, observasi, studi literatur dan studi pengarsipan (metode inquiry). Cara sparing nan dapat menumbuhkan dan memupuk motivasi privat petatar tuntun kerjakan berlatih lebih lanjut dan lebih privat.
2. Mandu-prinsip teori belajar how to learn Peserta didik berlatih dalam : a) Membaca internal hati b) Pesuluh sebelumnya diminta membaca absah secara bergiliran, plonco kemudian diminta mengaji relung hati. c) Membaca secara cepat • Di sini dilakukan dengan membaca lubuk hati tanpa adanya pemagaran musim, kemudian dilanjutkan dengan mendaras dalam hati tetapi dengan pembatasan musim. d) Mengidentifikasi hal-hal nan terdahulu dalam suatu materi • Hal ini bisa dilakukan setelah mengaji relung hati tanpa pembatasan waktu, dengan perintah bagi mengingat hal-hal penting. • Langkah kedua adalah membaca dalam hati dengan pembatasan waktu, ditambah perintah untuk menghafal kejadian-hal penting. • Kerjakan memaklumi aneksasi siswa, guru bisa melakukan pertanyaan jawab secara langsung ibarat latihan. • Selanjutnya guru dapat memberikan tes tertera adapun satu materi yang dibaca e) Mengingat secara efisien • Dilakukan dengan menuliskan hal-hal penting bikin kemudian dihafal. • Dilakukan dengan menghubungkan suatu materi dengan hal-hal yang sudah protokoler didengar atau sesuatu nan lucu atau sedang terkenal. f) Menghitung dalam hati • Pelajar diberi pertanyaan sederhana secara oral, diberi tahun nanang dan kemudian jawaban dituliskan (hanya jawaban terakhir). • Pertama kali dilakukan dengan hari yang longgar, kemudian secara bertahap musim dipersingkat. 10
g) Mengenali neko-neko manfaat/kegunaan suatu benda • Siswa diminta menjelaskan sebanyak mungkin arti/kegunaan sebuah benda, hingga keistimewaan/kegunaan yang tidak biasa. h) Menciptakan menjadikan ringkasan materi • Siswa diberi tugas membaca dan meringkas materi menjadi beberapa kalimat, nan makin lama makin terbatas kalimatnya. i) Mewujudkan kesimpulan • Petatar diberi korban wacana positif sebuah cerita, keadaan, atau permasalahan kemudian diminta menciptakan menjadikan kesimpulan atas apa yang dibacanya., j) Menyusun laporan pengamatan • Petatar diminta mengamati suatu hal atau proses kemudian diminta membuat laporan atas barang apa yang diamatinya. k) 10. Memformulasikan karangan tentang camar duka nan dimiliki • Siswa diminta menyusun karangan tentang pengalaman pada musim kelepasan atau sreg waktu tertentu nan menjajarkan minatnya. l) Meniru satu pegangan atau barang • Mengamati seseorang yang bekerja dan kemudian menirunya • Membuat barang dengan berkaca yang telah suka-suka m) Belajar menerobos modul, taktik manual maupun petunjuk operasionalisasi • Mempelajari modul/muslihat manual dan bekerja sesuai tanzil.
E. Peranan siswa dan master dalam proses belajar Proses Sparing Menurut Teori Konstruktivistik Proses belajar sebagai suatu operasi pemberian makna oleh murid kepada pengalamannya melaui proses fotosintesis dan fasilitas, akan membentuk satu konstruksi pengetahuan nan menuju pada kemutakhiran struktur kognitifnya. Ada beberapa pandangan dari segi konstruktivistik, dan dari aspek-aspek si-membiasakan, peranan guru, sarana belajar, dan evaluasi belajar. Proses membiasakan konstruktivistik. Secara konseptual, proses belajar kalau dipandang dari pendekatan kognitif, bukan perumpamaan perolehan kenyataan yang berlantas satu arah dari luar ke dalam diri siswa, melainkan laksana rahmat makna oleh peserta kepada pengalamanya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutahkiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan pecah fakta-fakta nan rontok-ampunan. Proses tersebut berupa 11
“…..constructing and restructuring of knowledge and skills (schemata) within the individual in a complex network of increasing conceptual consistency…..”. Hidayah makna terhadap objek dan pengalaman oleh khalayak tersebut tidak dilakukan secara sendiri-koteng oleh siswa, melainkan melalui interaksi dalam jaringan sosial yang istimewa, nan terdidik baik intern budaya inferior maupun diluar papan bawah. Oleh sebab itu manajemen pembelajaran harus diutamakan pada manajemen petatar dalam memproses gagasannya, bukan satu-satunya-netra plong pengelolaan dan lingkungan belajarnya sampai-sampai lega unjuk kerja atau prestasi belajarnya nan dikaitkan dengan sistem pujian berasal luar seperti nilai, ijasah, dan sebagainya. Peranan Siswa (Si-Belajar). Menurut pandangan konstrktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-situasi yang sedang dipelajari. Guru memang bisa dan harus mencuil prakarsa kerjakan menata lingkungan yang memberi kebolehjadian optimal bagi terjadinya sparing. Namun yang akhirnya minimal menentukan terwujudnya gejala belajar merupakan niat membiasakan peserta seorang. Dengan istilah lain, dapat dikatakan bahwa hakekatnya kendali sparing sepenuhnya suka-suka plong siswa. Lengkap konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi butir-butir yang plonco. Makanya sebab itu walaupun kemampuan semula tersebut masih silam keteter maupun tidak sesuai dengan pendapat temperatur, sebaiknya dikabulkan dan dijadikan sumber akar penelaahan dan pembimbingan. Peranan Guru. Dalam membiasakan konstruktivistik guru atau pendidik bermain membantu agar proses pengkonstruksian takrif oleh peserta berjalan lancar. Guru hanya membantu siswa bikin membentuk pengetahuannya sendiri. Hawa dituntut lebih memahami jalan manah atau cara pandang siswa intern belaajar. Guru tak dapat mengklaim bahwa satu-satunya kaidah yang tepat ialah yang proporsional dan sesuai dengan kemauannya.
12
Peranan muslihat master dalam interaksi pendidikan adalah pengendalian, yang meliputi: a) Memaksimalkan kemandiriran dengan menyediakan kesempatan buat mencuil keputusan dan berperan. b) Menumbuhkan
kemampuan
mengambil
keputusan
dan
bertindak,
dengan
meningkatkan pemberitahuan dan ketrampilan siswa. c) Menyempatkan sistem dukungan nan memberikan kemudahan membiasakan agar siswa mempunyai peluang optimal buat berlatih.
13
BAB III Penutup A. Konklusi Jadi menurut kami pecah transendental-model teori belajar nan kami bahas di atas baik jika kita terapkan dalam suatu proses pembelajaran. Tetapi semua hipotetis teori sparing n kepunyaan cap dan kelemahan masing-masing jadi kita harus jeli n domestik memmilah contoh teori belajar yang cocok yang akan diterapkan dengan melihat situasi dan kondisi proses belajar nan sedang berlanjut.
B. SARAN Perumpamaan calon temperatur kita harus bener-bener mehamahi teori-teori membiasakan yang ada saat ini sebelum kita ambau kerumahtanggaan prakterk mengajar, agar belakang hari ketika mengajar dapan menerapkan teori berlatih nan tepat puas kelas nan kita pelihara.
14
DAFTAR PUSTAKA A. Sugiarto. Dkk. 2007. Pesikologi Pendidikan : UNY press B. http://www.sekolahdasar.net/2011/03/teori-belajar-behavioristikkognitif.html#ixzz29W9HE9oV C. http://e-multicenter.blogspot.com/2012/01/teori-belajar-kognitif-dan-penerapannya.html D. http://juprimalino.blogspot.com/2012/02/pemrakarsa-biang keladi-teori-belajar-psikologis.html E. http://binderpuja.blogspot.com/2010/10/teori-belajar-psikologis-dan-penerapannya.htm F. Degeng Lengkung langit.S, (1997). Pandangan Behavioristik vs Konstruktivistik: Pemecahan Kebobrokan Belajar Abad XXI. Malang: Makalah Seminar TEP. G. Raka Joni, Cakrawala., (1990). Cara Sparing Siswa Aktif: CBSA: Artikulasi Eksemplar, Uraian Operasional, dan Verivikasi Empirik. Pusat Pengkhususan IKIP Malang.
15
Source: https://adoc.pub/penerapan-teori-belajar-di-sekolah-dasar.html
Posted by: skycrepers.com