bahasa daerah flores
AKURAT.CO,
Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah provinsi nan memiliki penduduk sebanyak 5,4 Miliun semangat, nan terdiri semenjak 16 tungkai yang mendiami beberapa pulau besar dan kecilnya.
Karena keanekaragaman sukunya ini, NTT bernasib baik predikat sebagai Nusa Terindah Toleransi dan memperoleh pujian sebagai provinsi dengan tingkat ketabahan termulia di Indonesia.
Karena keanekargaman sukunya kembali, NTT yang disebut dengan Flobamorata memiliki bahasa area yang dulu banyak. Ya, ada 68 bahasa distrik.
baca pun:
- Gempa Larantuka
- Gus Muhaimin: NTT Transendental Simbol Persatuan dan Diversifikasi
Berikut 68 bahasa daerah di Nusa Tenggara Timur dengan perincian asal area, yang dikutip dari Peta Bahasa Kemdikbud.
Bahasa Abui:
Bahasa Abui (Aboa) dituturkan di Desa Dede Kadu, Kecamatan Loli, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, masyarakat di sebelah timur dan selatan Desa Dede Kadu merupakan pencerita bahasa Kolon.
Bahasa Adang:
Bahasa Adang dituturkan di Desa Lenang, Kecamatan Umbu Ratu Nggay, Kabupaten Sumba Paruh, Wilayah NTT. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Adang dituturkan juga oleh masyarakat di sebelah timur, barat, dan selatan Desa Lenang.
Beralaskan enumerasi dialektometri, isolek Adang merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 98%—100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Abui, Adang, Anakalang, dan Gaura.
Bahasa Alor:
Bahasa Alor dituturkan di Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Bahasa Alor terdiri atas tiga dialek, yaitu dialek Nlauta yang dituturkan di Desa Mauta, Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor; dialek Tubbe yang dituturkan di Desa Tude, Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor; dan dialek Lamma yang dituturkan di Desa Kalondama, Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor.
Bahasa Anakalang:
Bahasa Anakalang ialah bahasa yang dituturkan di Kecamatan Katiku Tana dan Walakaka, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi NTT. Bahasa Anakalang terdiri atas tiga dialek, yaitu dialek Kabela Wuntu yang dituturkan di Desa Kabela Wuntu, Kecamatan Katiku Tana; dialek Lenang yang dituturkan di Desa Lenang, Kecamatan Katiku Tana; dan dialek Prai Rombong yang dituturkan di Desa Prai Bakul.
Bahasa Bajo:
Di Provinsi NTT, bahasa Bajo dituturkan di Desa Nebe, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Pulau Flores, Provinsi NTT. Menurut pengakuan warga, daerah tutur bahasa Bajo berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Sikka di sisi timur, barat, dan selatan serta wilayah tutur bahasa Muhang (Muhan) di sebelah utara.
Berdasarkan penjumlahan dialektometri, isolek Bajo adalah sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%—100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Sikka dan Lio.
Bahasa Bajo Delang:
Bahasa Bajo Delang dituturkan di dusun Delang, Desa Tiwatobi, Kecamatan Ile Mandiri, Kabupaten Flores Timur, Kewedanan NTT. Bahasa Bajo Delang secara khas dituturkan oleh masyarakat etnik Bajo yang merupakan penduduk minoritas, di samping etnik Lamaholot nan mayoritas. Awam Bajo ini biasa mendiami kawasan pantai lor.
Bahasa Batu:
Bahasa Batu dituturkan di Desa Batu, Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor, Negeri NTT. Menurut persaksian penduduk, di sebelah barat Desa Godaan dituturkan bahasa Teiwa, di sebelah utara dituturkan bahasa Alor, dan di jihat selatan dituturkan bahasa Kaera.
Beralaskan penghitungan dialektometri, isolek Batu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 90%—100% sekiranya dibandingkan dengan bahasa bukan di sekitarnya, misalnya bahasa Adang, Alor, Blagar, Hamap, dan Deing.
Bahasa Blagar:
Bahasa Blagar dituturkan di Desa Bujukan, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Bahasa Blagar dituturkan pun di Desa Ombay, Nule, Tereweng, dan Toang.
Bahasa Buna: Bahasa Buna / Bunak dituturkan di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen dan Desa Rainawe, Kecamatan Kobalima, Kabupaten Malaka, Provinsi NTT. Bahasa Buna (Bunak) banyak dituturkan di luar Desa Rainawe, seperti mana di Desa Lakekun Utara, Lakekun Barat, Lakekun, Litamali, Sisi, Babulu, dan Babulu Selatan.
Provisional itu, bahasa lain yang juga dituturkan di Desa Rainawe ialah bahasa Kemak dan Tetun. Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Bunak yakni sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 97—100% jikalau dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Kemak dan Tetun.
Bahasa Dawan Timor:
Bahasa Dawan Timor dituturkan di Kabupaten Kupang, Kabupaten Ambenu, Kabupaten Timor Tengah Lor, dan Kabupaten Timor Tengah Selatan. Penutur bahasa Dawan Timor berbeda-selisih dalam menyebut bahasa yang mereka gunakan. Di Desa Camplong I, Oenoni, dan Teunbaun, bahasa Dawan Timor disebut sebagai bahasa Timor Dawan; di Desa Bipolo, Hauteas, Abani, dan Oepliki disebut sebagai bahasa Timor Naikono; di Desa Tetaf dan Manufui disebut sebagai bahasa Timor; di Desa Sallu dan Manunain disebut seumpama bahasa Dewan; di Desa Netpala, Nenas, Bijeli, Nobi-Nobi, Lotas, dan Lilo disebut sebagai bahasa Dawan.
Bahasa Deing:
Bahasa Deing dituturkan di Desa Muriabang, Kecamatan Pantar Tengah, Kabupaten Alor, Distrik NTT. Menurut pengakuan penghuni, kawasan ujar bahasa Deing berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Teiwa di jihat timur, dengan wilayah tutur bahasa Baranusa (Alor) di sebelah barat, dengan kawasan tutur bahasa Nedebang di jihat utara, serta dengan daerah ujar bahasa Mauta dan bahasa Alor dialek Nlauta) di arah selatan.
Berdasarkan penjumlahan dialektometri, bahasa Deing merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% sekiranya dibandingkan dengan bahasa-bahasa enggak yang ada di NTT, misalnya bahasa Alor, Kabola, Kolana, dan Dulolong.
Bahasa Dulolong:
Bahasa Dulolong dituturkan di Desa Dulolong, Kecamatan Alor Barat Laut, Kabupaten Alor, Provinsi NTT.
Menurut syahadat penduduk, wilayah tutur bahasa Dulolong berbatasan dengan area tutur bahasa Adang di sebelah timur, barat, dan paksina, padahal di sisi selatan Desa Dulolong ialah laut.
Bersendikan penghitungan dialektometri, isolek Dulolong merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%—100% seandainya dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya,misalnya bahasa Alor, Hamap, Kaera, dan Kiraman.
Bahasa Gaura:
Bahasa Gaura dituturkan di Desa Gaura, Kecamatan Lamboya Barat, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi NTT. Menurut syahadat penduduk, wilayah tutur bahasa Gaura berbatasan dengan wilayah ucap bahasa Sumba Barat dialek Lamboya di sebelah timur, dengan kewedanan ucap bahasa Sumba Barat dialek Kodi di arah barat, dan dengan provinsi tutur bahasa Sumba Barat dialek Wewewa di sebelah paksina.
Berdasarkan pencacahan dialektometri, isolek Gaura merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%—100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Anakalang, Lamboya, dan Wanukaka.
Bahasa Hamap:
Bahasa Hamap dituturkan di Desa Moru, Kecamatan Alor Barat Daya, Kabupaten Alor, Daerah NTT. Penutur bahasa ini tinggal di wilayah pesisir, ± 1 km dari tepi laut dengan kondisi geografis berupa legok.
Bahasa Helong:
Bahasa Helong dituturkan di Desa Bolok, Kecamatan Ketepeng Barat, Kabupaten Kupang; di Kelurahan Kolhua, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang; dan di Desa Uitao, Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT. Bahasa Helong nan dituturkan di wilayah-daerah tersebut sama dengan bahasa Helong nan dituturkan di desa-desa lain di Pulau Semau, Daerah NTT.
Bahasa Hewa:
Bahasa Hewa dituturkan di Desa Hewa, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Wilayah NTT. Menurut pengakuan pendongeng, di sebelah barat wilayah sebut bahasa Hewa berbatasan dengan wilayah penutur bahasa Muhan, sedangkan di jihat timurnya berbatasan dengan distrik tutur bahasa Lamaholot.
Bersendikan penghitungan dialektometri, isolek Hewa merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa tidak, misalnyabahasa Muhan dan Lamaholot.
Bahasa Kabola:
Bahasa Kabola dituturkan di Desa Kabola, Kecamatan Kabola, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Bahasa Kabola dituturkan maka dari itu publik Kabola dan sebagian boncel dari masyarakat Dulolong.
Bahasa Kaera:
Bahasa Kaera dituturkan di Desa Kaleb, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Menurut syahadat penduduk, wilayah sebut bahasa Kaera berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Deing di arah barat dan wilayah tutur bahasa Teiwa di arah paksina.
Berdasarkan penjumlahan dialektometri, isolek Kaera merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%—100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Alor, Deing, Teiwa, dan Hamap.
Bahasa Kalela:
Bahasa Kalela dituturkan di Kecamatan Atadei dan Kecamatan Naga Wutung, Kabupaten Lembata Flores Timur, Kewedanan NTT. Bahasa Kalela terdiri atas tiga dialek, yaitu dialek Kalikasa yang dituturkan di Desa Katakeja, Kecamatan Atadei; dialek Lerek yang dituturkan di Desa Lerek, Kecamatan Atadei; dan dialek Labalimut yang dituturkan di Desa Boto, Kecamatan Naga Wutung.
Bahasa Kamang:
Bahasa Kamang dituturkan di Desa Waisika, Kecamatan Alor Timur Laut, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penghuni, wilayah tutur bahasa Kamangberbatasan dengan area ujar bahasa Kula (bahasa Kulatera) dan Kolana di jihat timur, bahasa Abui (Aboa) di sebelah barat, serta bahasa Abui (Aboa) dan Kiraman di sebelah daksina.
Bahasa Kambera:
Bahasa Kambera dituturkan di Desa Rindi, Kecamatan Rindi Umalu; Desa Kambata Bundung, Kecamatan Kahaungu Eti; dan Desa Lumbu Manggit, Kecamatan Wulla Waijelu, Kabupaten Sumba Timur, Kewedanan NTT. Bahasa Kambera terdiri atas dua dialek, ialah dialek Rindi dengan wilayah pakai di Desa Rindi, Kecamatan Rindi Umalu dan Desa Kambata Bundung, Kecamatan Kahaungu Eti serta dialek Lumbu Manggit dengan wilayah pakai di Desa Lumbu Manggit, Kecamatan Wulla Waijelu.
Bahasa Kambera Pandawai:
Bahasa Kambera Pandawai dituturkan di Desa Lambanapu, Kecamatan Kambera; Desa Rambangaru, Kecamatan Haharu; dan Desa Wangga Mbewa, Kecamatan Paberiwai, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi NTT.
Bahasa Kambera Pandawai terdiri atas dua dialek dengan persentase perbedaan 51-54,88%. Kedua dialek itu ialah dialek Lambanapu yang dituturkan di Desa Lambanapu, Kecamatan Kambera serta dialek Rambangrawu yang dituturkan di Desa Rambangaru, Kecamatan Haharu dan di Desa Wangga Mbewa, Kecamatan Paberiwai.
Bahasa Papa:
Bahasa Papa dituturkan di Desa Leuwayang, Desa Tiba, dan Desa Walangsawah, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Flores Timur, Area NTT. Berdasarkan penghitungan dialektometri, bahasa Kedang terdiri atas dua dialek dengan persentase perbedaan 69—71%.
Kedua dialek itu ialah dialek Leuwayang nan dituturkan di Desa Leuwayang serta dialek Tiba-Walangsawah yang dituturkan di Desa Tiba dan di Desa Walangsawah, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Flores Timur.
Bahasa Kemak:
Bahasa Kemak dituturkan di Desa Umaklaran, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Area NTT. Beralaskan penghitungan dialektometri, isolek Kemak merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% sekiranya dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Buna (Bunak), Dawan, dan Tetun.
Bahasa Kiraman:
Bahasa Kiraman dituturkan di Desa Padang Alang, Kecamatan Alor Selatan, Kabupaten Alor, Negeri NTT. Menurut syahadat penduduk, distrik tutur bahasa Kiraman berbatasan dengan provinsi tutur bahasa Kamang di sisi timur dan paksina dan wilayah ujar bahasa Abui di sebelah barat.
Berdasarkan enumerasi dialektometri, isolek Kiraman merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Abui, Kui, dan Kamang.
Bahasa Klamu:
Bahasa Klamu dituturkan di Desa Kabir, Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Desa Kabir didiami makanya dua etnik, yaitu etnik Klamu yang menjadi etnik mayoritas (± 80%) dan etnik Bittang (± 20%).
Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Klamu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Alor, Kolana, Kabola, dan Kiraman.
Bahasa Klon:
Bahasa Klon dituturkan di Desa Probur, Kecamatan Alor Barat Daya, Kabupaten Alor, Pulau Alor, Provinsi NTT. Menurut pengakuan warga, area ucap bahasa Klon nan ada di Desa Probur berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Abui di jihat kidul dan timur, area tutur bahasa Kui di sebelah barat, dan wilayah tutur bahasa Kabola di sisi paksina.
Berdasarkan pembilangan dialektometri, isolek Klon merupakan sebuah bahasa-bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%—100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Abui, Kolana, Kabola, dan Kui.
Bahasa Kolana:
Bahasa Kolana dituturkan di Desa Kolana Utara, Kecamatan Alor Timur, Kabupaten Alor, Area NTT. Menurut pengakuan penduduk, kawasan ujar bahasa Kolana berbatasan dengan negeri tutur bahasa Langkuru di sebelah selatan, wilayah tutur bahasa Sawili di sebelah timur, dan area tutur bahasa Kamang di arah barat.
Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Kolana adalah sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%—100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Alor, Deing, Kabola, dan Kolana.
Bahasa Komodo:
Bahasa Komodo dituturkan di Desa Komodo, Pulau Komodo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Kawasan NTT. Bahasa Komodo juga dituturkan di Pulau Rinca dan Desa Warloka.
Bahasa Kui:
Bahasa Kui dituturkan di Desa Prai Bakul, Kecamatan Haharu, Kabupaten Alor, Daerah NTT. Berlandaskan penghitungan dialektometri, isolek Kui yaitu sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%—100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Alor dan Dulolong.
Bahasa Kulatera:
Bahasa Kulatera dituturkan di Desa Tanglapui, Kecamatan Alor Timur, Kabupaten Alor, Wilayah NTT. Menurut syahadat penghuni, wilayah tutur bahasa Kulatera di Desa Tanglapui berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Sawila di sebelah timur, dengan wilayah ucap bahasa Wersing di jihat utara dan Barat, dan dengan wilayah tutur bahasa Kamang di sebelah selatan.
Bahasa Labala:
Bahasa Labala dituturkan maka dari itu etnik Labala yang tinggal di Desa Lewo Yamtuan, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Provinsi NTT. Bahasa Labala juga dituturkan di Desa Rantau Pamrih dan Desa Atakera.
Bahasa Lamaholot:
Bahasa Lamaholot dituturkan di Desa Ratulodong, Desa Sinarhadigala, Desa Ile Padung, dan Desa Paingnapang, Kecamatan Jazirah Rente; di Desa Pululera, Desa Boru, Desa Lewoingu, Desa Tanah Lein, Desa Lemanu, Pamakayo, dan Desa Watobuku, Kecamatan Solor Timur; di Desa Wulublolong dan Desa Watobuku, Kecamatan Naga Wutung, Kecamatan Demon Pangong di Lewokluok – Bama.
Lalu, di Desa Pasir Zakiah, Desa Oringbele, Desa Tapobali, Desa Lamawolo; dan Desa Amakaka, Kecamatan Ile Ape; di Desa Jontona, Kecamatan Ile Ape; di Desa Kenotan, Desa Hoko Horowura, Desa Lamalera A/B, Kampung Mulankera, dan Desa Leworaja.
Bahasa Lamatuka:
Bahasa Lamatuka dituturkan oleh etnik Ruing nan tinggal di Desa Lamatuka, Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata, Daerah NTT. Menurut persaksian penduduk, bahasa Lamatuka sekali lagi dituturkan di sejumlah desa disekitarnya, antara laindi sebelah timur Desa Lamatuka, yaitu Desa Lerahingah; di jihat barat, yaitu Desa Baopanah; di sebelah paksina, yaitu Desa Harakewah; dan di jihat selatan, yaitu Desa Banitoba.
Bahasa Lamatuka merupakan bahasa nan berbeda dengan bahasa yang ada disekitarnya. Berdasarkan penjumlahan dialektometri, persentase perbedaan bahasa Lamatuka dengan bahasa Lewuka sebesar 86% dan dengan bahasa Labala sebesar 88%.
Bahasa Lamboya:
Bahasa Lamboya dituturkan di Desa Kabu Karudi, Kecamatan Lamboya, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi NTT. Mayoritas pendongeng bahasa Lamboya yang tinggal di Desa Kabu Karudi ialah etnik Welawa.
Menurut pengakuan perawi, bahasa Lamboya sekali lagi dituturkan di desa yang ada disekitar Kabu Karudi, yaitu di Desa Rajaka yang produktif di sebelah timur; Desa Welibo yang berada di sebelah barat; Desa Sodana yang produktif di arah utara; Desa Ringu Rara yang berada di sebelah selatan; serta Desa Laboya Dete.
Berdasarkan enumerasi dialektometri, isolek Lamboya merupakan sebuah bahasa seandainya dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya dengan persentase perbedaan di atas 81%, misalnya dengan bahasa Wewewa dan bahasa Wanukaka.
Bahasa Lewuka:
Bahasa Lewuka dituturkan oleh etnik Lewuka di Desa Belabao, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Area NTT. Bahasa Lewuka juga dituturkan di Desa Udak Melomata, Senaki, dan Bakaor.
Penghitungan dialektometri menunjukkan persentase perbedaan antara bahasa Lewuka dengan bahasa Lamatuka sebesar 86% dan dengan bahasa Labala sebesar 90%.
Bahasa Lio:
Bahasa Lio dituturkan maka dari itu etnik Lio yang tinggal di Kabupaten Sikka dan Kabupaten Ende, Pulau Flores, Provinsi NTT. Berlandaskan penghitungan dialektometri, terwalak perbedaan puas tingkat wicara/subdialek/dialek, yaitu berkisar 21,88—79,63% mulai sejak isolek-isolek yang dibandingkan.
Bahasa Lio terdiri atas sapta dialek, ialah dialek Paga-Nita, dialek Mau Basa-Ropa, dialek Nggela-Wolomage-Ngalupolo, dialek Fataatu-Wololelea-Tou, dialek Watunggere, dialek Ende dan dialek Nage.
Bahasa Lura:
Bahasa Lona dituturkan di Desa Kolana Daksina di Kecamatan Alor Timur, Kabupaten Alor, Provinsi NTT.
Bahasa Mambora:
Bahasa Mambora dituturkan di Desa Wee Ndawa Timur, Kecamatan Laratama, Kabupaten Sumba Barat, Kewedanan NTT. Berdasarkan enumerasi dialektometri, isolek Mambora adalah sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas81% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Gaura dan bahasa Anakalang.
Bahasa Manggarai:
Bahasa Manggarai dituturkan di Desa Tangge, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat; di Desa Golo Meni, Desa Mukun (Pong Bali), Desa Mbengan, Kecamatan Daerah tingkat Komba; di Desa Nanga Mejedan Desa Langga Sai, Kecamatan Elar Kidul; dan di Desa Gising (Elar Selatan), Golo Linus, dan Sangan Kalo, Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi NTT.
Bahasa Manulea:
Bahasa Manulea dituturkan di Desa Manulea, Kecamatan Sasitamean, Kabupaten Malaka, Pulau Timor, Provinsi NTT. Mayoritas etnik di desa itu adalah etnik Klau Duga. Menurut persaksian penduduk, negeri sebut bahasa Manulea berbatasan dengan wilayah ucap bahasa Dawan di sisi timur, barat, dan paksina.
Sementara itu, di arah selatan berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Tetun. Berlandaskan pencacahan dialektometri, bahasa Manulea merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Tetun, Dawan, dan Adang.
Bahasa Melayu:
Persebaran bahasa Jawi sangat luas di Indonesia, sama dengan di Kawasan Sumatra Utara, Jambi, Sumatra Kidul, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Bali, Ternate, Riau, Ambon, Manado, NTB, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur.
Di Provinsi NTT, bahasa Jawi dituturkan,antara lain, di Kelurahan Solor, Kecamatan Ii kabupaten Lama, Kotamadya Gelinggang; Kelurahan Pohon Sirih, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur; Kelurahan Weri, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur.
Bersendikan penjumlahan dialektometri, isolek-isolek Melayu yang dituturkan di Kupang, Larantuka (Nagi) dan Wure produktif puas tingkat beda dialek, dengan persentase perbedaan sebesar 51%—80%.
Masih suka-suka banyak lagi bahasa wilayah yang dipakai di NTT, antara lain Bahasa Nage; Bahasa Namut; Bahasa Ndao; Bahasa Ndora; Bahasa Nedebeng; Bahasa Ngada; Bahasa Omesuri; Bahasa Palu’e; Bahasa Pura; Bahasa Raijua; Bahasa Retta; Bahasa Riung; Bahasa Rongga; Bahasa Rote; Bahasa Sabu; Bahasa Sawila; Bahasa Sikka; Bahasa So’a; Bahasa Sumba Barat; Bahasa Tabundung; Bahasa Teiwa; Bahasa Tetun; Bahasa Tewa; Bahasa Wanukaka (Wanokaka); Bahasa Wersing (Wirasina); Bahasa Wewewa (Wejewa).
Kerjakan kamu yang ingin mendalami ragam bahasa di NTT ini, kamu dapat mengaram di laman petabahasa.kemdikbud.go.id.[]
Source: https://akurat.co/mengenal-68-bahasa-daerah-di-ntt