bahasa madura rumah

Pengalihan nama bahasa.svg

Bahasa Madura

Bhâsa Madhurâ

بْاْسا مادْوراْ‎

ꦧꦱꦩꦢꦸꦫ
Pelafalan [bhɘsa madhurɘ]
Dituturkan di

  • Indonesia

    Malaysia

    Singapura

    Hongkong

    Taiwan

    Arab Saudi

    Yaman

    Mesir

Wilayah

  • Jawa Timur

    Jakarta

    Jawa Barat

    Banten

    Bali

    Sulawesi Daksina

    Kalimantan Tengah

    Kalimantan Barat
Etnis Madura

Penutur bahasa

13,694,000 di Indonesia (1995) (tidak tersurat tanggal)

Rumpun bahasa

Austronesia

  • Melayu-Polinesia

    • Melayu-Sumbawa
      • Madurik
        • Bahasa Madura

Bentuk biasa

Bahasa Madura Dialek Sumenep (BMDS)
Dialek –Dialek Sumenep
–Dialek Pamekasan
–Dialek Sampang
–Dialek Bangkalan
–Dialek Sapudi
–Dialek Bawean
–Dialek Kangean
–Dialek Pendalungan

Sistem penulisan

Huruf Latin (Latèn)
Abjad Pegon (Pèghu)
Hanacaraka (Carakan)
Status resmi

Bahasa jamak di

Coat of arms of East Java.svg
Jawa Timur (dengan bahasa Jawa dan Indonesia)
Kode bahasa
ISO 639-2 mad
ISO 639-3 mad
Globe of letters.svgPortal Bahasa

Kamus bahasa Madura-Belanda oleh H.T. Kiliaan

Bahasa Madura
(Bhâsa Madhurâ; artikulasi [bhɘsa madhurɘ], Pèghu:
بْاْسا مادْوراْ‎, Carakan:
ꦧꦱꦩꦢꦸꦫ) adalah bahasa yang digunakan suku Madura. Bahasa Madura memiliki penutur kurang lebih 15 juta orang (perincian), dan terpusat di Pulau Madura, Jawa Timur maupun di negeri yang disebut provinsi Pasta Kuda terbambang dari Pasuruan, Surabaya, Malang, setakat Banyuwangi, Kepulauan Masalembo, Bawean, serta Pulau Kalimantan.

Penutur bahasa Madura kembali dapat ditemui di pulau Kalimantan, masyarakat suku Madura banyak menghuni daerah yang terkonsentrasi di kawasan Sambas, Pontianak, Bengkayang dan Badam, Kalimantan Barat, padahal di Kalimantan Perdua mereka bersuluk di daerah Kotawaringin Timur, Palangkaraya dan Kapuas.

Sistem Penulisan

[sunting
|
sunting mata air]

“Pedoman Masyarakat Ejaan Bahasa Madura Yg Disempurnakan Edisi Revisi (2012) (1).pdf”. Diakses terlepas
02 Maret
2023
.



Huruf Abjad

[sunting
|
sunting perigi]

Huruf abjad Latin nan digunakan internal ejaan bahasa Madura sebagai berikut. Segel tiap aksara disertakan di sebelahnya.

Huruf Jenama Leter Label Huruf Merek
A a a J j je S s es
B b be K k ka Ufuk t te
C c ce L l el U u u
D d de M m em V v ve
E e e Ufuk cakrawala en W w we
F f ef O o o X x eks
G g ge P p pe Y y ye
H h ha Q q qi Z z zet
I i i R r er

Huruf Vokal

[sunting
|
sunting mata air]

Huruf Vokal Komplet di Sediakala Perkenalan awal Contoh di Perdua Kata Konseptual di Kata penutup
a alos
(kecil-kecil)
apoy
(api)
pasar
(pasar)
abâs
(lihat)
sala
(pelecok)
bâbâ
(asal)
e eppa’
(ayah)
ella
(jangan)
nèser
(kasihan)
seksek
(sesak)
è èntar
(pergi)
ènga’
(ingat)
sèksèk
(iris)
malèng
(pencuri)
talè
(tali)
sapè
(sapi)
i iyâ
(iya)
bhiru
(baru)
raddhin
(cakap)
manḍi
(mandi)
mandhi
(pahit lidah)
o olo’
(litak)
olok
(panggil)
rèpot
(sibuk)
dokar
(gerobak)
pao
(pauh)
rao
(menyiang)
u dhuri
(belah, tusuk)
duri
(duri)
paju
(laris)
labu
(jebluk)

Karangan:

1. Vokal /a/ mempunyai dua spesies bunyi, merupakan [a] dan [â]; vokal /a/ akan berbunyi [a] apabila konsonan yang dilekatinya berupa konsonan takbersuara dan konsonan anuswara, akan berbunyi [â] apabila konsonan yang dilekatinya konkret konsonan bersuara. Untuk keperluan praktis, kedua bunyi bahasa bunyi /a/ tersebut sama-sama digunakan.
2. Tanda diakritik (‘) pada huruf vokal /è/ tetap digunakan karena /è/ dan /e/ intern bahasa Madura yakni lambang bunyi yang farik, sebagai halnya plong pembukaan
seksek
(sesak) dan
sèksèk
(sayat),
tèmbhâng
(timbal) dan
tembhâng
(Iagu).

Huruf Konsonan

[sunting
|
sunting sumber]

Huruf Konsonan Kamil di Tadinya Kata Contoh di Tengah Alas kata Contoh di Wasalam
b bârâ
(bengkak)
lobâr
(usai)
sabâb
(sebab)
c cangkèm
(dagu)
moncar
(terbit)
lonca’
(loncat)
d dumeng
(pongah)
kantor cabang
(wakil)
morèd
(murid)
ḍârâ
(darah)
buḍu
(rusak [buat ikan])
f fakèr
(fakir)
kafan
(kafan)
wâkaf
(wakaf)
g gâmbus
(orkes)
anggâ’
(snobis, angkuh)
h biasa
(halal)
ahèr
(intiha)
j jâḍiyâ
(sana)
paju
(larap)
k korang
(invalid)
sakè’
(ngilu)
otek
(biang kerok)
l larang
(mahal)
malo
(sipu)
kapal
(kapal)
m marè
(mutakadim)
ambu
(berhenti)
ḍâlem
(dalam)
n nèser
(kasihan)
pènang
(pinang)
papan
(papan)
p pèrèng
(piring)
perrèng
(bambu)
nompa
(mencurah)
kèlap
(petir)
q alquran
(Quran)
furqan
(furqan)
r rammè
(gempita)
sarè
(cari)
kasor
(kasur)
s sèyang
(siang)
moso
(musuh)
bherrâs
(beras)
t tèkos
(tikus)
matta
(plonco)
sèsèt
(capung)
v gizi
(vitamin)
rèvolusi
(revolusi)
w wâjib
(wajib)
towa
(tua)
y yâkèn
(yakin)
rèya
(ini)
z zâkat
(zakat)
mu’jizât
(mukjizat)

Coretan:

1. Konsonan /f/, /q/, /v/, /x/, dan /z/ dipakai internal bahasa Madura untuk penulisan kata nan yaitu elemen serapan.
2. Kerjakan kepentingan praktis, bunyi hamzah atau glotal stop ([?]) dilambangkan dengan tanda apostrof (..’..). Digunakannya lambang tersebut karena /k/ velar ([k]) dan /k/ glotal ([?]) intern bahasa Madura yakni abjad yang berbeda. Di samping itu, bunyi glotal stop dalam bahasa Madura banyak nan berposisi di tengah alas kata, Contoh:
paka’
[paka?] (rasa sepat),
cèlo’
(rasa masam), dan
pa’a’
[pa?a?] (tatah [peranti untuk melubangi kayu]).

Jalinan Huruf Konsonan

[sunting
|
sunting sumber]

Intern bahasa Madura terdapat lima asosiasi leter yang melambangkan konsonan, yaitu:
kh,
ng,
ny,
sy, dan
th, serta lima konsonan beraspirasi. Dalam bahasa Madura, konsonan beraspirasi dan konsonan tidak beraspirasi merupakan fonem yang berbeda sehingga terlazim diberi bunyi bahasa yang berbeda pula. Misalnya,
bârâ
(nyonyor) dan
bhârâ
(alat pernapasan);
ḍâḍâ
(dada) dan
ḍhâḍhâ
(cepat payah);
bâjâ
(detik, periode) dan
bâjhâ
(baja [sejenis logam]) serta
bâgi
(cak bagi) dan
bâghi
(berikan).

Leter Konsonan Komplet di Tadinya Kata Contoh di Paruh Kata Contoh di Penghabisan Perkenalan awal
kh khoso’
(khusuk)
èkhlas
(ikhlas)
ng ngoḍâ
(taruna)
bângal
(berani)
sarong
(sarung)
ny nyaman
(mak-nyus)
bânnya’
(banyak)
sy syarat
(syarat)
publik
(masyarakat)
bh bhârâ
(paru-paru)
cabbhi
(cili, lada)
th thokthok
(ketuk)
ketthok
(bacok)
dh dhârâ
(merpati)
dhudhul
(dodol [sebangsa makanan])
ḍh ḍhenḍheng
(pusing)
aḍḍhâng
(hadang)
gh ghâghâman
(senjata tajam)
bighi
(biji)
jh jhârân
(kuda)
tajhin
(bubur [sejenis tembolok])

Leter Diftong

[sunting
|
sunting sumber]

Di dalam bahasa Madura terletak tiga biji kemaluan diftong yang dilam­bangkan dengan
ay,
oy, dan
uy.

Abjad Konsonan Transendental di Awal Kata Contoh di Tengah Kata Hipotetis di Intiha Alas kata
ay nyaynyay
(lembek)
tapay
(tapai, tape)
labây
(lembar tenun)
oy loyloy
(penat, tidak bertenaga)
kompoy
(cucu)
uy kerbhuy
(kerbau)

Sintaksis

[sunting
|
sunting sumber]

Kata ganti orang

[sunting
|
sunting sumber]

Pronomina persona adalah pronomina nan dipakai cak bagi mengacu ke turunan; yang dibagi menjadi kata ganti orang pertama, kedua, dan ketiga. Kata ganti orang yang digunakan dalam bahasa Madura adalah ibarat berikut:

Kata ganti orang dalam bahasa Madura
Persona Tingkat tutur
enjâ’-iyâ engghè-enten engghi-enten èngghi-bhuenten
tunggal jamak tunggal jamak khas jamak tunggal biasa
I sɛŋkɔʔ bulâ kaulâ kaulâ sadhâjâ
  • bhadhân kaulâ
  • bhâdhân kaulâ
II baʔna dhika sampɜyan sampɜyan sadhâjâ
  • panjheneŋŋan
  • ajunan
III

Bahasa Madura sekali lagi memiliki pronomina tak tentu antara enggak
sabbhân orèng
‘per’,
dhibi’
‘sendiri’,
bi’-dhibi’
‘masing-masing’,
sapa orèng
‘produk kali’,
sapa bhâi
‘mana tahu saja’,
ano
‘anu’ dan sebagainya.

Demonstrativa

[sunting
|
sunting perigi]

Demonstrative dalam bahasa Madura
dempet jauh
netral arèya,
jârèya,
jâjiyâ,
jiyâ
(ini)
arowa,
juwâ
(itu)
lokal diyâ,
dinna’
(sini)
jâdiyâ,
dissa’
(sana)
modal bâriyâ
(begini)
cara jârèya
(seperti itu)

Demonstrativa yang digunakan ibarat penanda benda dan kejadian adalah:
arèya
‘ini’,
jârèya
‘itu’, dan
arowa
‘itu’. Dalam penggunaan,
a
pada kata
arèya
dan
arowa
cinta dilesapkan; sehingga kata-perkenalan awal tersebut sering dituturkan
rèya,
jârèya, dan
rowa.

Demonstrativa yang digunakan seumpama penanda tempat adalah:
diyâ
‘sini’,
dinna’
‘sini’,
jâdiyâ
‘situ’, dan
dissa’
‘sana’. Kerumahtanggaan pemakaian, antara
diyâ
dan
dinna’
sering tumpang tindih atau ganti melongok, dan nan minimal sering digunakan adalah
diyâ. Akan sahaja, antara
jâdiyâ
dan
dissa’
bukan ikatan tejadi penggunaan yang bertumpukan; karena keduanya tidak dapat tukar mewakili kata yang lain. Sebagai penanda tempat kata-alas kata tersebut lazimnya dirangkaikan dengan kata depan pengacu arah:
è
‘di’,
dâri
‘dari’, dan

‘ maupun
ka
‘ke’. Demonstrativa yang digunakan lakukan indeks ihwal ialah
bâriyâ
‘begini’,
cara jârèya
‘begitu’, dan
iyâ arèya
‘yakni’.

Nomina

[sunting
|
sunting perigi]

Kata benda dalam bahasa Madura berdasarkan bentuk dapat dikategorikan menjadi dua antara lain substantif bawah dan turunan.

Substantif dasar

[sunting
|
sunting sumber]

Nomina bawah adalah nomina yang positif bentuk radiks, lain dirangkai dengan runcitruncit tak.

tasè’ laut, rantau
angèn angin, udara
ombâ’ ombak
pancèng pancing
jhuko’ iwak
tarètan ari-ari
tegghâl ladang
bengko rumah
ana’ anak asuh
binè istri gelap
lakè suami
soso buah dada
soko kaki
kopèng telinga

Nomina turunan

[sunting
|
sunting sumber]

Nomina individu ialah kata benda yang berwujud buram mania. Nomina turunan dalam bahasa Madura dapat dikelompokkan menjadi (a) nomina berafiks, (b) nomina kata ulang, (c) nomina gabungan proses, dan (d) substantif komposisi.

Substantif berafiks
kapèssèan keuangan
pabengkon kancah tinggal
pasampanan juru sekoci
kaparloan keperluan
pamandiân pemandian
Nomina reduplikasi
nè-binè bibit
bâbinè upik
tatello’ tiga buah
lân-jhâlân tempat berjalan
ghu’-tegghu’ pegangan
Nomina perikatan proses
tètèngghun tontonan
bâbellin pembelian
bâbâlân nasehat
ko-bengkoan rumah-rumahan
rân-jhârânan kuda-kudaan
Substantif komposisi
para’ sèyang prematur perian
ghumo’ dâdâ bukit dada
pè-sapèyan pappa penurut
bhârâng erotis barang liar
gelas kebbhâng arketipe, contoh

Numeralia

[sunting
|
sunting sumber]

Numeralia bahasa Madura
Biji Lembaga radiks Singkatan Klitika
1 Sèttong Tong Sa
2 Duwâ’ Wâ’ Du
3 Tello’ Lo’ Tello
4 Empa’ Pa’ Pa’
5 Lèma’ Ma’ Lèma
6 Ennem Nem Nem
7 Pètto’ To’ Pèttong
8 Bâllu’ Lu’ Bâllung
9 Sanga’ Nga’ Sangang

Predestinasi gugus maupun kerangka klitika kerumahtanggaan numeralia dimulai dengan
sa”satu”. Bilangan gugus yang penyebutannya tunggal adalah
saghâmè’ “dua puluh lima”,
saèket/sèket
“lima puluh”, dan
sabidhâk
“heksa- puluh”. Komponen yang digunakan untuk menjuluki bilangan gugus adalah
polo
“puluh”,
ratos
“ratus”,
èbu
“mili”, dan
juta
“juta”. Contoh penggunaannya yaitu:

10 sapolo 100 saratos
20 dupolo 200 duratos
30 tello polo 600 nemmatos
40 pa’ polo 700 pèttong atos
50 saèket 8000 bâllung èbu
60 sabidhâk 9000 sangang èbu
70 pèttong polo 60000 sabidhâk èbu
80 bâllung polo 1000000 sajuta
90 sangang polo 4000000 pa’juta

Perbendaharaan kata

[sunting
|
sunting perigi]

Bahasa Madura merupakan anak asuh silang semenjak bahasa Austronesia ranting Melayu-Polinesia, sehingga memiliki kesamaan dengan bahasa-bahasa distrik lainnya di Indonesia.

Bahasa Madura memiliki asal usul yang damping dengan bahasa Jawa Kuno (mengingat dalam Kakawin Nagarakretagama pupuh 15 ialah Pulau Madura dahulu masih satu daratan dengan Pulau Jawa). Bahasa Madura juga memiliki serapan bersumber bahasa Melayu sebagai sesama nasion Austronesia, bahasa Arab, bahasa Tionghoa, dan beberapa bahasa lainnya. Bahasa Madura pun mempunyai keterkaitan rapat persaudaraan dengan Bahasa Sunda, Bahasa Jawa, dan Bahasa Bali memahfuzkan masih yaitu satu komunitas budaya. Sebagian besar alas kata-introduksi n domestik bahasa Madura berakar bermula bahasa Melayu, bahkan ada bilang kata yang mirip dengan yang ada plong dengan bahasa Minangkabau, tetapi sudah lalu pasti dengan lafal yang berbeda. Minangkabau mengucapkan “a” ibarat “o” pada posisi akhir, sedangkan sreg bahasa Madura, diucapkan “ə” (“e” pepet) maupun “a”.

Contoh:

  • bilâ
    (huruf “â” dibaca
    [ə]
    ) sebagai halnya bahasa Melayu,
    bila
    = bilamana
  • orèng
    = orang
  • tadâ’
    = tidak ada (dekat sepadan dengan kata
    tadak
    dalam Melayu Pontianak)
  • dimma
    (baca:
    dimmah) = mana? (hampir serupa dengan
    dima
    di Minangkabau)
  • soal
    = pertanyaan
  • cakalan
    = tongkol (hampir mirip dengan introduksi Bugis:
    cakalang
    sahaja tak sengau)
  • ongghu
    = bukan main, benar (dari kata
    bukan main)
  • kamma
    (baca:
    kammah
    mirip dengan perkenalan awal
    kama
    di Minangkabau) = ke mana?

Sistem pelisanan

[sunting
|
sunting sumber]

Bahasa Madura mempunyai sistem pelafalan yang unik. Begitu uniknya sehingga orang asing Madura yang berusaha mempelajarinyapun mengalami kesulitan, khususnya dari segi pengujaran tadi.

Bahasa Madura punya lafal sentak dan ditekan terutama pada konsonan
[b],
[d],
[j],
[g],
jh,
dh
dan
bh
atau pada konsonan rangkap seperti
jj,
dd,
dan
bb. Namun investigasi ini gelojoh terjadi pada suku kata bagian tengah.

Sedangkan untuk sistem vokal, Bahasa Madura mengenal vokal
[a],
[i],
[u],
[e],
[ə]
dan
[o].

Tingkatan bahasa

[sunting
|
sunting sumber]

Bahasa Madura sebagaimana bahasa-bahasa di kawasan Jawa dan Bali juga mengenal panjang-jenjang, tetapi agak berbeda karena saja terbagi atas tiga tingkat ialah:

  • Rajah Kalimat Paling Sopan, Paling Formal (Èngghi-Bhunten)

Èngghi-Bhunten merupakan rajah kalimat yang paling sopan dan paling halus yang digunakan untuk menunjukkan rasa khidmat terhadap orang yang diajak bicara ataupun yang sedang dibicarakan. Seperti mengomong kepada ayah bunda, orang yang lebih tua renta, guru, orang yang lebih hierarki jabatannya, penggerak masyarakat, dan penggerak-tokoh nan dihormati maka dari itu masyarakat awam.

  • Susuk Kalimat Ter-hormat, Alami, Formal (Engghi-Enten)
  • Bentuk Kalimat Santai, Informal, Akrab (Enjâ’-Iyâ)

Enjâ’-Iyâ adalah bentuk kalimat nan digunakan kerumahtanggaan peristiwa keakraban di antara musuh sebaya alias cucu adam-orang nan lebih remaja. Enjâ’-Iyâ biasanya pelalah dipakai dalam kehidupan pergaulan sehari-perian. Enjâ’-Iyâ tidak masyarakat digunakan saat dalam perjumpaan pertama, biasanya penutur meminang izin malah suntuk untuk menggunakan Enjâ’-Iyâ setelah mengenal satu sama lain. Terhadap pencerita nan lebih remaja alias anak-anak, Enjâ’-Iyâ awam dan dapat diterima bikin digunakan tanpa meminta maaf terlebih dahulu.

Pemanfaatan Enjâ’-Iyâ terhadap senior ataupun orang yang lebih lanjut umur atau tataran jabatannya minus ampunan, dianggap tidak sopan. Enjâ’-Iyâ hanya digunakan dengan hamba allah yang sebaya usianya, dengan anak adam nan lebih muda, atau (jika dengan bani adam yang lebih bertongkat sendok) harus seizin orang tersebut.

Jika tidak diketahui usia maupun pamor orang yang diajak bicara, lebih baik tak menggunakan Enjâ’-Iyâ. Namun jikalau adv pernah orang tersebut usianya kian muda, boleh menggunakan Enjâ’-Iyâ, tapi cak bagi kenyamanan lebih baik minta izin terlebih dahulu lakukan memperalat Enjâ’-Iyâ.

Transendental:

  • “Saponapa arghâèpon pao panèka?” : Berapa harga mangganya? (Èngghi-Bhunten)
  • “Sanapè arghâna paona?” : Berapa harga mangganya? (Engghi-Enten)
  • “Bârâmpa arghâna paona?” : Berapa harga mangganya? (Enjâ’-Iyâ)

Dialek-dialek bahasa Madura

[sunting
|
sunting sumber]

Bahasa Madura juga mempunyai dialek-dialek yang tersebar di seluruh wilayah tuturnya. Di Pulau Madura sendiri plong galibnya terletak beberapa dialek seperti:[1]

  1. Dialek Bangkalan (di Bangkalan)
  2. Dialek Bawean (di pulau Bawean)
  3. Dialek Pamekasan (di Pamekasan)
  4. Dialek Pernis (di Sampang)
  5. Dialek Sapudi (di pulau Sapudi)
  6. Dialek Sumenep (di Sumenep)

Dialek yang dijadikan acuan barometer bahasa Madura merupakan dialek Sumenep, karena Sumenep puas zaman dulu merupakan trik imperium dan kebudayaan Madura. Padahal dialek-dialek lainnya adalah dialek rural yang lambat laun berganduh seiring dengan mobilisasi yang terjadi di kalangan masyarakat Madura. Untuk di pulau Jawa, dialek-dialek ini selalu siapa bersatu dengan bahasa Jawa sehingga burung laut dipanggil laksana bahasa Pendalungan ketimbang seumpama Jawa. Masyarakat di Pulau Jawa, terkecuali provinsi Situbondo, Bondowoso, dan adegan timur Probolinggo rata-rata menguasai Bahasa Jawa selain Madura.

Contoh pada kasus kata ganti “kamu”:

  • perkenalan awal
    bâ’en
    umum digunakan di Madura. Semata-mata prolog
    be’na
    dipakai di Sumenep.
  • sedangkan kata
    kakè
    untuk kamu formal dipakai di Bangkalan bagian timur dan Pernis.
  • Hède
    dan
    Sède
    dipakai di kawasan pedesaan Bangkalan.

Proporsi bahasa

[sunting
|
sunting sumber]

Nisbah dengan bahasa Melayu

[sunting
|
sunting mata air]

  • Dâpor = Dapur
  • Kangan = Kanan
  • Bânnya’ = Banyak
  • Maso’ = Ikut
  • Soro = Suruh

Perbedaan imbuhan di depan, contohnya:

  • Ngakan = Makan
  • Ngènom = Minum
  • Arangka’ = Geremet
  • Ju’-toju’ = Duduk-duduk
  • Asapoan = Menyapu
  • Acaca = Wicara

Konsonan
[j]
biasanya ditukar ke
[d͡ʒ], seperti:

  • Bâjâr = Bayar
  • Lajân = Layan
  • Abhâjâng = Sembahyang

Konsonan
[w]
di medio pun ditukar ke konsonan
[b], begitu juga:

  • Bâbâng = Bawang
  • Jhâbâ = Jawa

Perimbangan dengan bahasa Jawa

[sunting
|
sunting sumber]

Perkataan yang sama dengan bahasa Jawa:

Bahasa Jawa = Bahasa Bawean

  • Kadhung = Kadung (Bahasa Melayu = Tersorong)
  • Petteng = Peteng (Bahasa Melayu = Gelap)

Konsonan
[w]
di pertengahan pun ditukar ke konsonan
[b], seperti:

Bahasa Jawa ~ Bahasa Bawean

  • Lawang = Labâng (baca Labeng) (Bahasa Jawi = Portal)

Konsonan
[j]
di pertengahan pula ditukar ke konsonan
[d͡ʒ], seperti:

Bahasa Jawa ~ Bahasa Bawean

  • Payu = Paju (Bahasa Jawi = Laku)

Rasio dengan bahasa Banjar

[sunting
|
sunting perigi]

Bacot nan sama dengan bahasa Jajar:

Bahasa Ririt = Bahasa Bawean

  • Mukena = Mukena (Bahasa Jawi = Telekung Sembahyang)
  • Bibini’ = Bibini (Bahasa Melayu = Perempuan)

Skala dengan Bahasa Tagalog

[sunting
|
sunting sumber]

Bahasa Bawean = Bahasa Tagalog

  • Apoy = Apoy (Bahasa Melayu = Api)
  • Èlong = Elong; penggunaan
    [e]
    (Bahasa Melayu = Hangit)
  • Matay = Mamatay (Bahasa Jawi = Mati)

Sempurna:

  • Èson terro ka bâ’na
    = saya sayang kamu (di Bawean ada juga nan menyebutnya
    Èhon,
    Èson
    tidak dikenal di bahasa Madura)
  • Bhuk, bâdâ
    berrus?

    = Bu, ada sikat? (berrus
    pecah prolog
    brush)
  • Èkala’aken
    = ambilkan (di Madura
    èkala’aghi, ada dominasi Jawa bersejarah di akhiran
    -aken).
  • Silling
    = plafon (berasal kata
    ceiling)

Pranala asing

[sunting
|
sunting sendang]

  • (Inggris)
    Ethnologue: “Madurese”
  • (Inggris)
    Ethnologue: “Austronesia, Malayo-Polynesian, Malayo Sumbawan, Madurese”
  • Ucapan dan lengkap perkataan dalam bahasa Madura – saluran I Love Languages di Youtube

Wacana

[sunting
|
sunting sumber]

“Pedoman Awam Ejaan Bahasa Madura Yg Disempurnakan Edisi Revisi (2012) (1).pdf”. Diakses tanggal
02 Maret
2023
.




  1. ^


    Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2019). “Maduresic” (dalam bahasa Inggris). Jena, Germany: Max Planck Institute for the Science of Human History [Kota Jena, negara Jerman: Perguruan tinggi Max Planck bagi Ilmu Sejarah Anak adam].
    Maduresic: Kangeanese and Madurese [Rumpun bahasa Madurik: bahasa Kangean dan bahasa Madura]




    Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2019). “Madurese” [Bahasa Madura] (dalam bahasa Inggris). Jena, Germany: Max Planck Institute for the Science of Human History [Ii kabupaten Jena, negara Jerman: Perguruan tinggi Max Planck kerjakan Hobatan Sejarah Sosok].





Source: https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Madura