burung endemik sulawesi

Pulau Sulawesi atau dikenal juga dengan nama Celebes Island n kepunyaan serba-serbi satwa langka yang terik atau bahkan tidak bisa dijumpai di tempat lain, terutama yang populasi endemiknya berkecukupan di Pulau Sulawesi, maupun satwa itu habitat kehidupannya saja ada di Pulau Sulawesi, tidak suka-suka di tempat lain. Di antaranya adalah aneka burung langka nan statusnya malar-malar sudah lalu ada yang terancam punah, yang sebagian osean populasi habitatnya hanya bisa ditemukan di Pulau Sulawesi.

1. Kontol MALEO

Burung Maleo maupun Maleo Senkawor (Macrocephalon Maleo) adalah tertera fauna burung sulit yang dilindungi pemerintah Indonesia, yang populasi endemiknya hanya ditemukan di rimba tropis pulau Sulawesi, terutama di Sulawesi Tengah, makin khusus lagi sekitar Kabupaten Banggai dan Kabupaten Sigi.

Beralaskan dari tingginya tingkat susutnya habitat wana yang terus berlanjut, tingkat kematian anak zakar nan tinggi, populasi yang terus menyusut serta daerah dimana ceceh ini ditemukan lampau terbatas, Butuh Maleo dikategorikan sebagai terancam punah di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendice I.

Maleo adalah monogami macam, dan makanan utamanya ialah aneka ponten-bijian, biji kemaluan, semut, kumbang serta berbagai ragam jenis dabat kecil.

Ciri-ciri burung Maleo adalah : berdosis sedang, panjang sekitar 55 cm. Surai berwarna hitam, kulit sekitar netra berwarna kuning, iris mata merah kecoklatan, kaki serdak-abu, tengah jingga dan bulu sisi bawah bercelup abang-cukup umur leukore. Di atas kepalanya terwalak sungu atau jambul berkanjang bercat hitam. Ciri Maleo Nekat dan betina serupa. Biasanya lebah ratulebah berukuran kian kecil dan berwarna lebih kelam dibanding burung jantan.

Yang unik mulai sejak burung Maleo ialah, ukuran telurnya yang lautan sekitar 11 cm (8 kali lebih segara dari dimensi telur ayam), dan memiliki berat 240gram sebatas 270gram perbutir. Momongan kalam Maleo sudah dapat merayang saat plonco menetas dari telurnya. Kontol Maleo berkembang biak dengan kaidah mengeram telut-telurnya dalam timbunan pasir, galibnya gegares ditemui di sepanjang pesisir pantai Tanjung Matop, Tolitoli, Sulawesi Tengah.

2. Titit Dendang BANGGAI

Gaok Banggai (Corvus Unicolor) atau Banggai Crow adalah burung endemik Kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah yang suntuk runyam dan termasuk internal daftar 18 burung paling kecil langka di Indonesia dengan status Critically Endangered (tanggap), lebih lagi pernah dianggap sudah punah. Populasi habitatnya adalah pangan dengan izzah hingga 900 meter dari permukaan laut (dpl)

Burung ini diketahui berbunga dua percontoh yang ditemukan antara tahun 1884-1885 dari salah satu pulau di kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah. Setelah penemuan itu Gagak Banggai tidak pernah lagi dijumpai hingga pada tahun 2008 seorang ornitologis (pandai burung) Indonesia yang bernama Muhammad Indrawan berhasil memotret dan mendapatkan foto dua jenis Gagak Banggai di pulau Peleng, pulau dengan luas 2.340km2 , salah satu pulau di gugusan pulau Banggai. Populasinya diperkirakan cuma berkisar antara 30-200 ekor.

Ciri-cirinya ialah ukuran panjang jasad sekitar 39 cm dan bulunya nan hitam. Iris indra penglihatan bercat lebih gelap dibandingkan gagak pangan, ekornya juga lebih singkat dibandingkan ekor gagak hutan. Suaranya jenjang dengan nada yang kian cepat bila dibandingkan kritik dendang rimba.

3. BURUNG Tang Mungil JAMBUL Kuning

Zakar Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua Sulphurea) ialah zakar yang tersebar di Sulawesi, berformat sedang semenjak marga cacatua, dengan ukuran tahapan sekitar 35cm.

Ciri-cirinya adalah hampir semua bulunya bercelup putih, dan terdapat jambak berwarna kuning yang dapat ditegakkan di kepalanya. Paruhnya bercat hitam, kulit di sekitar matanya berwarna kebiruan dan kakinya berwarna serdak-abu. Rambut-surai kerjakan pening dan ekornya juga berwarna asfar. Ciri burung tang betina serupa dengan penis jantan. Bersarang dan bertelur di korok-liang pohon hutan primer maupun sekunder, dengan jumlah telur dua sampai tiga butir.

Selain di Sulawesi , penis ini juga ditemukan di di kepulauan Sunda Kecil, Bali, Timor Barat dan Negara Timor Leste, dimana terletak hutan-pangan primer dan sekunder.

Makanan utamanya adalah biji-bijian, kacang dan aneka biji pelir-buahan.

4. Penis KACAMATA SANGIHE

Burung Sudut Sangihe (Zosterops nehrkorni) atau Sangihe White Eye ialah satwa burung elusif endemik Pulau Sangihe – Sulawesi Utara, yang dikategorikan terancam punah oleh IUCN Redlist dengan pamor konservasi ‘ktitis’ (Critically Endangered), yakni prestise tingkat keterancaman kepunahan teratas, karena diperkirakan besaran populasi kontol ini kurang berpokok 50 ekor burung dewasa. Burung ini merupakan keseleo suatu jenis berbunga sekitar 22an tipe burung kacamata (pleci) nan terdapat di Indonesia.

Ciri-cirinya berukuran mungil sekitar 12 cm. Berwarna mentah zaitun sreg bagian atas tubuh, dengan tunggir warna kuninghijau mencolok. Tengah dan tungkai berwarna jingga kepucatan.Ekor berwarna hijauhitam palsu. Dahi bercelup hitam. lingkar ain berwarna tulen agak bogok. Pipi, tenggorokan dan penghabisan ekor bawah berwarna asfar cerah. bagian bawah lainnya berwarna putihmutiara dengan sisi bodi abuabu. Titit ini mempunyai suara siulan tipis dan lumat dengan nada musik yang cepat. Lambung terdahulu adalah serangga dan aneka biji zakar.

5. BURUNG Istri muda SANGIHE

Burung Madu Sangihe (Aethopyga Duyvenbodei) atau Sanghir Sunbird (Elegant Sunbird). ialah fauna kalam pelik endemik Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Burung ini termasuk satu diantara penis langka Indonesia nan berstatus endangered (terancam punah), dan karena persebarannya yang terbatas di Kepulauan Sangihe dan beberapa pulau sekitarnya, pelir predator madu ini pergaulan dianggap sebagai burung paling kecil langka di kawasan Wallacea (Indonesia bagian tengah).

Karena populasi yang semakin menurun jumlahnya dan kawasan brosur burung ini yang rendah dan jumlah populasinya yang semakin menurun, maka IUCN Redlist mematok Butuh Sembayan Sangihe (Elegant Sunbird) privat status konservasi endangered (terancam punah). Oleh Pemerintah Indonesia, burung ini juga termasuk dalam ceceh nan dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999.

Ciri-cirinya berformat kecil sekitar 12 cm. Burung jantan n kepunyaan rambut fragmen superior atas berwarna yunior metalik dan biru, sekitar telinga bercelup ungu kebiruan sementara itu episode punggung berwarna kekuningan, dan tunggir dan pembuluh kuning. Burung betina bagian atasnya berwarna zaitun kekuningan, sedangkan fragmen tunggir, tenggorokan, dan bagian sumber akar berwarna asfar. Paruhnya relatif panjang dan membusur. Ukurannya yang kecil dan gerakannya gesit sehingga terkadang sulit diamati.

Burung ini berkali-kali di dapati sendiri ataupun hidup berpasangan. Terkadang lagi kerumahtanggaan keramaian-gerombolan katai. Suara burung ini belum terdiskripsikan dengan karuan tapi berorientasi tinggi. Makanan utamanya yaitu madu, namun selain madu kalam ini sekali lagi makan serangga dan gonggo.

6. BURUNG Nasar BONDOL

Burung Elang Bondol (Haliastur Indus), populasi habitatnya selain di Sulawesi, lagi tersebar di seluruh Indonesia, kecuali di Jawa dan Bali jarang ditemui. Populasi habitatnya seputar tepi laut dan kepulauan di daerah tropis. Lagi masih bisa ditemukan di lahan basah dan wana dataran rendah sebatas ketinggian 2000 m di pedalaman yang jauh dari pantai.
Ciri-cirinya berukuran sedang (45 cm), bercelup putih dan coklat pirang. Burung dewasa: penasihat, leher, dan dada putih; sayap, telapak, ekor, dan perut coklat kilat, kontras dengan bulu utama yang hitam. Butuh Remaja, raga kecoklatan dengan coretan puas dada. Corak berubah menjadi putih keabu-abuan pada tahun kedua, dan mencapai rambut dewasa sepenuhnya pada tahun ketiga.
Lambung utamanya berbagai rupa, diantaranya memakan kepiting, udang, dan ikan, memangsa pelir, anak mandung, serangga, dan mamalia katai.

Berkembang biak dengan cara bertelur 2-4 granula, dan dierami sepanjang 28-35 hari dengan mewujudkan sarang mulai sejak jalinan patahan jenazah, ranting, jukut, daun dan sampah, di atas bangunan ataupun cabang pohon yang tersembunyi dengan ketinggian 6-50 meter berpangkal permukaan tanah. Bila bersarang di hutan mangrove, ketinggian sarang hanya sekitar 2-8 meter.
Momongan kalam Elang Bondol start belajar terbang dan pergi sarang sekitar usia 40-56 hari dan menjadi dewasa hidup mandiri dua rembulan kemudian.

7. Kontol RANGKONG JULANG SULAWESI

Burung Rangkong tergabung dalam marga Bucerotidae, kerumahtanggaan bahasa Inggris disebut Horbbill, di Indonesia dikenal juga bagaikan Julang, Enggang, dan Kangkareng. Butuh Rangkong maupun Enggang , tergolong varietas ceceh di lindungi maka itu Peraturan Pemerintah RI (PP No 7 Tahun 1999).
Burung ini terdiri berbunga 57 keberagaman yang tersebar di Kontinen Asia dan Kontinen Afrika, 14 varietas di antaranya terdapat di Negara Indonesia, dan 3 jenis adalah termasuk Zakar endemik Indonesia, alias saja usia di habitatnya di Indonesia.
Bermula ketiga jenis pelir Rangkong endemic Indonesia tersebut, dua jenis merupakan Rangkong endemic Sulawesi, yaitu (permulaan ) Rangkong Sulawesi atau Julang Sulawesi Ekor Hitam (Rhyticeros Cassidix), stereotip lagi disebut Rangkong Buton, Burung Taon atau Penis Allo.(kedua) Julang Sulawesi Ekor Putih ataupun Kangkareng Sulawesi (Penelopides exarhatus)

Ciri-cirinya Burung Rangkong adalah , n kepunyaan ciri khas riil perdua yang lalu samudra menyerupai tanduk, makanya disebut marga “Bucerotidae” (bahasa Yunani) yang artinya yaitu “Tanduk Sapi”. Ukuran matra jasad Rangkong Indonesia seputar 40 – 150 cm, dengan rberat menyentuh 3.6 Kilogram. Dandan bulu Rangkong umumnya didominasi maka dari itu dandan hitam (bagian jasmani) dan kalis sreg putaran ekor. Sedangkan warna bagian leher dan kepala cukup bermacam ragam, kemudian suara minor pecah kepakan sayap dan suara “calling”, begitu juga yang dipunyai Rangkong Gading (Buceros vigil) dengan “calling” sebagai halnya orang tertawa terbahak-terpingkal-pingkal dan boleh terdengar sebatas radius 3 Km.

Kas dapur utamanya adalah buah-buahan dan binatang kecil seperti kadal, kelelawar, tikus, ular cindai serta beraneka ragam macam serangga.
Penyebaran Kalam Rangkong tmulai dari daerah sub-sahara Afrika, India, Asia Tenggara, New Guinea dan Kepulauan Solomon Sebagian segara semangat di pangan hujan angin tropis. Rangkong banyak ditemukan di daerah hutan lembang cacat dan perbukitan (0 – 1000 m dari rataan laut)

8. Butuh TAKTARAU Roh jahat

Burung Taktarau Ifrit, wow seram banget namanya. Memang burung ini balasannya misterius, mungkin karena tinggal selit belit dijumpai, karena burung ini suka hidup berisitrahat di sela-selat lumut dan daun paku nan tebal, sehingga sulit ditemukan, walaupun pada siang hari.Malah titit ini pun aktif mencari bersantap pada malam hari dan memiliki kemampuan menyamarkan diri dengan lingkungan sekitarnya. Burung ini termasuk endemik Sulawesi, alias belaka boleh ditemukan di habitatnya di Sulawesi dan berkecukupan dalam daftar binatang yang terancam punah dengan status rentan (vulnerable)oleh IUCN Red List of Threatened Species.

Publik lokal lurah Napu di kawasan Suaka alam Lore Lindu, Sulawesi Tengah menyebut burung ini Toroku nan penting Pencabut Mata. Sedangkan intern bahasa Inggris namanya adalah Eared Nightjar, Heinrich’s Nightjar dan Satanic Eared Nightjar (atau Setan Malam Bertelinga), ngeri tuch. Dan merek latinnya adalah Eurostopodos Diabolicus, yang takdirnya di Indonesiakan artinya yakni Buas.,

Penis ini purwa kali diketahui secara ilmiah pada periode 1931 di kaki Gunung Klabat, kawasan Semenanjung Minahasa Sulawesi Utara. Kemudian pasca- sekian puluh waktu lain dijumpai, ditemukan lagi sreg tahun 1993 dan kemudian 1996 di Sulawesi Tengah, tepatnya di negeri Suaka alam Lore Lindu,dan kembali terlihat di Minahasa hari 2000. bontot teridentifikasi di Tinombala tahun 2002.

Ciri-ciri penis ini yakni, ukurannya tekor lebih 27cm, tampilan gelap, dengan pita tenggorokan merah karat pucat benihan. Tanda bintik polos nan enggak menyolok terletak pad rambut primer ke empat (dihitung mulai sejak sayap luar). Ekornya lain suka-suka dandan putihnya.

Diversifikasi burung nan mirip dengan Kalam Taktarau Hantu puaka yakni Burung Taktarau Titik (Eurostopodus argus/Spotted Nightjar) di Nusa Tenggara Timur, Taktarau Samudra (Eurostopodus macrotis/Great Eared Nightjar) di Sub provinsi Sulawesi dan kep. Sula, Cabak Kelabu (Caprimulgus indicus/Grey Nightjar yang ada di Halmahera Maluku Utara, Cabak Maling (Caprimulgus macrurus/Large-Tailed Nightjar) di Maluku, Nusa Tenggara hingga pulau-pulau di laut Flores, Cabak Sulawesi (Caprimulgus celebensis/Sulawesi Nightjar) cak semau di sulawesi dan kep. Sula, Cabak Daerah tingkat (Savana Nightjar/Caprimulgus affinis) yang suka-suka di distrik Sulawesi kecuali putaran paksina, Nusa Tenggara.

Makanannya yakni serangga, diperoleh dengan pendirian menyerang secara mendadak pecah petak maupun dari tempat-gelanggang kebesaran yang siluman, atau sebaliknya dengan sabar menanti sambil menunggu waktu yang tepat serampak terbang ringan melayang melewati wilayah hutan dan lahan terbuka, cermat mematamatai unggulan bulan-bulanan yang lengah.

9. Ceceh JALAK TUNGGIR MERAH

Burung jalak Tunggir Merah (Scissirostrum dubium ) kembali dikenal andai Myna Grosbeak, Grosbeak Starling, ataupun Scissor-billed Starling, yakni spesies jalak dalam anak bini Sturnidae. Ini adalah monotypic kerumahtanggaan Scissirostrum genus. Burung ini populasi habitat aslinya merupakan endemik Pulau Sulawesi, Indonesia.

Habitat alami adalah tropis dataran rendah, dan gunung-gemunung kadang-kadang subtropis, provinsi jenggala dan petak basah berhutan ringan.

Spesies ini bersarang di koloni dengan total yang kadang mencapai ratusan pasang. Sarang batang pohon mati.

Makanannya buah, serangga, dan biji-bijian.
Kewedanan brosur burung ini adalah di Sulawesi termasuk Bangka, Lembeh, Butung, Togian Apakah., Peling Apakah, dan. Banggai.

10. BURUNG KIPASAN SULAWESI

Burung Kipasan Sulawesi (Rhipidura teysmann), yakni spesies burung dalam keluarga Rhipiduridae. Burung ini yaitu burung dengan populasi habitatnya endemik Pulau Sulawesi, Indonesia, alias doang dapat ditemukan di tempat asalnya nan kudus yaitu di Pulau Sulawesi.

Burung ini lagi biasa disebut dengan segel, The Rusty-bellied Rhipidura teysmanni, Rusty-bellied Fantail, Kipasan Sulawesi Fantail.

11. BURUNG CIKARAK SULAWESI

Burung Cikarak Sulawesi (Myza Celebensis) termasuk kerumahtanggaan jenis keluarga burung Meliphagidae. Burung ini populasi habitatnya adalah endemik Sulawesi, atau namun bisa ditemukan di Pulau Sulawesi. Kata Celebensis, diambil terbit pembukaan Celebes, yakni nama Pulau Celebes ataupun Pulau Sulawesi. Kontol ini pula dengan nama Dark-Myza Celebensis maupun Dark-Eared Myza.

12. BURUNG ANISBENTET SANGIHE

Burung Anisbentet Sangihe (Colluricincla sanghirensis), adalah diversifikasi burung berpokok tanggungan Colluricinclidae., intern Bahasa Inggris titit ini disebut dengan tanda Sangihe Shrike-thrush.
Burung ini diketahui adalah endemik Sulawesi, atau hanya bisa ditemukan di habitat aslinya di Pulau Sulawesi, Indonesia, tepatnya di Kepulauan Sangihe Sulawesi Utara. Dimana habitat populasinya ceceh ini mutakadim menurun dalam cakupan dan kualitas populasi semakin katai dan terus menciut jumlahnya . Karena situasi populasi yang mengkhawatirkan itu maka zakar ini diklasifikasikan ibarat adv amat terancam punah
Ciri-ciri kalam ini adalah, ukurannya menengah sekeliling 17cm, warna Coklat Olive pada episode atas, coklat tua bangka plong bagian pundak dan bawah punggung. Sreg bagian bawahnya lagi coklat kepucatan, kekaratan pada nafkah. Suku hitam. Coklat zaitun pada sekitar asfar halkum. Suaranya gigih, nadanya seperti lagu dengan banyak pengulangan dan lembut, bunyinya kedengaran seperti Chweep…chweep..chweep.

Populasinya mungkin akan sangat minus jumlahnya (kelihatannya abnormal dari 100 burung) menghafaz kewedanan kecil habitat yang sederhana,dan kebanyakan dijumpai di Argo Sahendaruman dan Giri Sahengbalira.

Source: https://nusantara-budaya-indonesia.blogspot.com/2012/06/12-burung-cantik-dan-langka-di-pulau.html