Cara Mengajarkan Masalah Kesebangunan Pada Murid Sd Kelas 4
MENANAMKAN KONSEP KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN DENGAN GEOMERTRY EKSPRESIONSIONS SISWA KELAS IX B SMPN 4 MUARO JAMBI Masa 2014/2015
Vanny Vierry Sinaga Muaro Jambi Distrik Jambi Tanwujud: Menyuntikkan konsep matematika membutuhkan kecakapan, keterampilan atau kemahiran yang diharapkan dapat membelajarkan matematika dengan baik dan benar yaitu dengan menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajarinya, mengklarifikasi keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Kebenaran satu konsep diperoleh sebagai akibat masuk akal berusul kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat tinggal langgeng dan jelas. Salah satu penyebab kehampaan kerumahtanggaan pembelajaran matematika adalah murid tidak memahami konsep-konsep matematika. Peserta nan menguasai secara konsep matematika, akan memperoleh jalan untuk membereskan persoalan matematika. Bikin itu guru punya peranan yang lampau penting dalam membelajarkan matematika, dengan melembarkan media dan paradigma yang menarik bikin menanaman konsep yang benar. Peneliti internal hal ini bermaksud menanamkan konsep kesebangunan dan kekongruenan dengan bantuan program komputer Geometry Ekspressions untuk mentrasformasikan siuman melelapkan. Pengajian pengkajian dilakukan dengan model kooperatif learning yang dilaksanakan pada perian rabu copot 12 Agustus 2014 di kelas 9B SMPN 4 Muaro Jambi dengan hasil 20 orang siswa dari 24 orang tuntas dan seluruh peserta patut terpaut dengan pembelajaran tersebut. Prolog Kunci: penghijauan konsep ilmu hitung, kooperatif learning, kesebangunan dan kongruensi, Geometry Ekspressions
Matematika merupakan pelecok suatu ilmu pengetahuan nan dulu berarti disetiap tangga pendidikan. Karena pentingnya matematika, pemerintah berupaya untuk melakukan pengembangan dan penyempurnaan kurikulum, melengkapi sarana dan prasarana, meningkatkan kompetensi guru melintasi pengajian pengkajian, pelatihan dan seminar untuk temperatur matematika serta menyediakan buku pelajaran di sekolah. Kenyataan yang didapati sebatas detik ini ternyata pelajaran matematika masih dianggap ain tuntunan nan sulit, melelapkan, dan tidak menyabarkan khususnya di SMPN 4 Muaro Jambi di mana penerimaan murid tanpa adanya
pemilihan maupun penyaringan. Dukungan lingkungan sekitar dan orang tua untuk sekolah juga minus, masih banyak siswa nan mendukung ibu bapak untuk mencari nafkah pulang dari sekolah atau minta izin bersumber sekolah untuk menjaga huma dan kontributif panen kalau musim buah tahunan seperti duku dan durian. Anggapan ini mungkin enggak berlebihan buat siswa yang meres belakangnya seperti uraian diatas, termaktub siswa kami di SMPN 4 Muaro Jambi. Selain n kepunyaan resan yang abstrak, pemahaman konsep ilmu hitung yang baik sangatlah terdahulu buat memahamkan konsep nan baru. Belajar matematika merupakan proses aktif siswa
341
342, J-TEQIP, Musim V, Nomor 2, November 2014
cak bagi merekonstruksi makna ataupun konsepkonsep matematika. Hal ini berarti, bahwa belajar matematika merupakan proses lakukan menggerutu materi nan dipelajari dengan pemahaman yang dimiliki. Privat proses belajar mengajar sendiri temperatur dituntut kemampuan profesionalnya dalam merancang pembelajaran dengan kamil dan melembarkan ki alat yang menganjur, tepat dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan demi tercapainya harapan dan hasil penerimaan yang diinginkan sesuai tuntutan tujuan pendidikan nasional dan ketercapaian SKL pada kurikulum nan ditetapkan. Salah satu model pembelajan nan dimaksud adalah model penelaahan kooperatif (cooperative learning) yakni bentuk pendedahan dengan cara siswa belajar dan berkreasi dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif nan anggotanya terdiri pecah dua sampai enam orang dengan struktur kerubungan yang berperilaku berbagai rupa. Keberhasilan belajar dan kelompok tersangkut pada kemampuan dan aktivitas anggota keramaian, baik secara individual maupun secara kerumunan. (Rusman, 2011: 202). Hingga masa ini kesulitan belajar matematika karena kurang memaklumi konsep masih banyak dialami siswa diantaranya pada materi Kesebangunan dan Kongruensi. Konsep kesebangunan dan kekongruenan dapat diberikan dengan berbagai cara dan salah satunya dengan Transformasi. Menurut Ibrahim (dalam Syarifudin dkk, 2011), guru harus memiliki kemampuan dalam menyodorkan materi dan mengendalikan materi n domestik proses membiasakan mengajar. Penguasaan materi dapat mempermudah penanaman konsep-konsep penting plong materi tersebut dengan benar. Di samping aneksasi materi, matematika yang objeknya abstrak menguati guru untuk menggunakan media pembelajaran
(alat peraga) yang dapat membantu guru kerjakan membelajarkannya. Maka itu karena itu, sangat bermakna bagi seorang guru untuk mengenal banyak alternatife ki alat atau alat peraga dan kreatif dalam menggunakannya. Pengusahaan alat peraga ataupun media diyakini bermanfaat bersendikan pernyataan Bruner ( Pitadjeng, 2006) yang menyatakan bahwa untuk memahami takrif matematika yang yunior, diperlukan tahapan-tinggi yaitu: 1. Tahap enaktif Petatar membiasakan dengan mengunakan atau memanipulasi bahan-objek kongkrit secara bertepatan. 2. Tahap ikonik. Kegitan siswa berangkat menyangkut mental yang merupkan gambaran berbunga bahan-sasaran kongkrit. Pesuluh enggak melipat langsung bulan-bulanan kongkrit, melainkan sudah dapat melipat dengan mencerna bayangan objek-objek yang dimasud. 3. Tahap simbolik. Pelajar belajar dengan menyihir tanda baca-simbol secara langsung dan tidak lagi ada kaitanya dengan objekobjek kongkrit dan gambarnnya. Demikian lagi Z.P. Dienes (dalam Hudoyo, 1998) berpendapat bahwa setiap konsep matematika bisa dimengerti secara cermin hanya jika mula-mula-tama di sajikan kepada petatar didik dalam rangka kongkret. Jadi penggunaan alat peraga dan kendaraan intern pembelajaran matematika (khususnya n domestik memberikan penanaman konsep) akan mengapalkan hasil 6 kali lebih baik dan lebih cepat dibanding dengan indoktrinasi langsung tanpa ki alat atau alat peraga (Prof. Dr. Ruseffendi, M.Sc. pada Seminar Pengajaran Matematika lustrum Fak.MIPA ITB tahun 1991. Berdasarkan suatu hasil pengkajian di Amerika Sekutu).
Sinaga, Menyuntikkan Konsep Kesebangunan dan Kekongruenan, 343
Sebelum siswa mengenal hal-keadaan yang abstrak terlebih terlampau guru harus mengkongkritkannya dengan menunggangi sarana. Takdirnya tak mengimak tahapan tersebut, dikhawatirkan siswa tidak akan boleh menirukan les dengan baik karena merasa terpaksa dan enggak menghirup dan pada akhirnya penghutanan konsep tidak mencapai kompetensi sumber akar dan indikator yang diharapkan. Saja seiring dengan perkembangan jaman, teknologi lampau penting kerumahtanggaan proses belajar mengajar matematika; hal itu mempengaruhi ilmu hitung nan diajarkan dan meningkatkan hasil sparing siswa “(National Council of Teachers of Matematics [NCTM], 2000, p.11). Hal ini menggaris bawahi tren yunior dalam pendidikan nan menonjolkan pentingnya membiasakan dengan teknologi bukannya belajar semenjak teknologi (Jonassen, Howland, Moore, & Marra, 2003). Terpaku intern situasi ini eskalasi permintaan pada ideal pembelajaran terpadu dalam pendidikan matematika, nan artinya teknologi harus tepat diintegrasikan ke petatar kerumahtanggaan pembelajaran dan sangat banyak media nan mutakadim ditemukan para tukang bisa kita peroleh dengan mendownload terbit internet. Riuk satunya adalah media software geometry ekspressions nan dapat digunakan bakal menarik manah siswa privat menanamkan kon-
sep kesebangunan dan kekongruenan dan memasrahkan kesempatan kepada siswa buat menyorongkan gagasan dan ide sesuai pemahaman masing-masing. Pemilihan media pembelajaran dengan menggunakan software geometry ekspressions dikarenakan programa tersebut mempunyai fasilitas internal penghijauan konsep kesebangunan dan kongruensi memperalat Tranformasi begitu juga Refleksi (pencerminan), Distribusi (rotasi), Dilatasi (perkalian) dan Translasi (pergeseran) dan terinspirasi berpangkal modul MGMP Bermutu Petisi Konsep Kesebangunan Dalam Pembelajaran Matematika (Sigit Tri Guntoro dan Sapon Suryopurnomo 2011) tetapi dengan program geometry ekspressions yang diberikan pada TOT 1 TEQIP malang tahun 2012. Program Geometry Ekspressions ini yaitu salah suatu software pembelajaran matematika yang dapat didownload dan serempak digunakan tanpa harus diinstal di Komputer atau laptop. Pengoperasiannya sangat mudah dengan menu yang lengkap dan tampilan ingat-bangun datar dapat kita untuk menarik dengan bervariasi warna saringan yang di sukai dan kita boleh menjaringkan tulang beragangan-bentuk maupun foto. Pulang ingatan-pulang ingatan yang kita kerangka dan hasil transformasi dapat di copykan simultan ke lembar kerja atau powerpoint.
Tampilan berpunca lembar kerja geometry ekspressions
Menu untuk membuat gambar sesuai keinginan
344, J-TEQIP, Waktu V, Nomor 2, November 2014
Menu bagi metamorfosis
Menu untuk alterasi
Kegiatan Penerimaan Begitu bel masuk guru kembali masuk ke intern kelas dan menginformasikan bakal bermigrasi kelas. Kemudian guru membawa murid pindah ruangan ke kelas 7C karena di kelas tersebut bukan ada distribusi listrik dan telah disepakati sebelumnya dengan guru dan siswa yang mengajar puas jam tersebut dikelas 7C. Dengan senang hati, siswa menawarkan diri cak bagi membawakan infokus dan dawai serta kontributif buat memasangkannya. Pembelajaran ini dilaksanakan pada hari rabu, tanggal 12 Agustus 2014 dengan waktu 3 jam pelajaran. Setelah dikondisikan senyap,guru menyapa pesuluh dan pesuluh membalas dengan salam, kemudian mengabsen kerelaan siswa dan ternyata ada siswa nan lain hadir karena sakit. Suhu mendedahkan les dengan menunjukkan foto-foto seniman, inisiator ilmuan, bangun-bangun melelapkan sebagai halnya segi empat dan segitiga lakukan memotivasi pentingnya berlatih kesebangunan dan kekongruenan
karena sangat banyak ditemukan di seputar kita dan banyak masalah dalam kehidupan sehari-hari yang dapat kita selesaikan dengan kesebangunan dan kekongruenan dan pula menamakan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu dapat mengenali bangunbangun yang sebangun dan menentukan syaratnya serta dapat lagi mengenali bangun-bangun nan kongruen serta menentukan syaratnya. Dengan foto-foto yang ditampilkan itu dapat menarik perhatian dan pemfokusan petatar bikin belajar. Foto-foto tersebut sudah di rapi di untai kerja geometri ekspressions sebagai halnya plong tampilan berikut. Seperti yang sudah direncanakan dalam RPP bahwa untuk pembelajaran ini menunggangi komplet kooperatif (cooperatif learning) pesuluh dibagi dalam 4 keramaian dengan masing-masing kelompok ada 6 petatar (keramaian sudah dibagi sebelumnya) kemudian mengamati tampilan geometry ekspressions.
Sinaga, Menanamkan Konsep Kesebangunan dan Kekongruenan, 345
Kegiatan Inti Guru membuka lembar kerja baru dengan geometry ekspressions dan menggambar segi catur ABCD kemudian mencerminkannya (refleksi) dan menghasilkan segi empat A’B’C’D’.
Segi empat A’B’C’D’ di saling namanya menjadi EFGH sebagaimana lega gambar berikut :
346, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 2, November 2014
Lebih lanjut bangun segi empat ABCD di Rotasikan dan menjadi PQRS
Sinaga, Menanamkan Konsep Kesebangunan dan Kekongruenan, 347
Siswa mencaci gambar dan kemudian diminta buat mengidentifikasi sisi-sebelah yang bersesuaian dan sudut-sudut yang sejajar dari bentuk-rajah tersebut nan sudah lalu di buatkan kerumahtanggaan lembar kerja Pola Lembar Kerja Pelajar I :
siswa (LKS) secara bergerombol, kemudian setiap kantor cabang semenjak kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan kelompok enggak menanggapi.
348, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 2, November 2014
Sinaga, Menyuntikkan Konsep Kesebangunan dan Kekongruenan, 349
Terbit hasil pengamatan peneliti, seluruh kerubungan dapat mengerjakan LKS dengan benar dan mempresentasikannya di depan kelas.
Cak bagi menentukan syarat dua bangun membosankan yang sebangun kita buat gambar sebagai berikut :
Bikin menentukan sudut nan sebabat dan bersesuian dari segitiga KLM dan K’L’M’ dapat dibantu dengan
mengkopy gambar segitiga KLM dan K’L’M’ ke Power Point. Seperti gambar berikut:
350, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 2, November 2014
Dengan mengeser pelecok suatu gambar didapat bahwa ki perspektif K = sudut K’ , sudut L = kacamata L’, dan kacamata M = sudut M’
Kemudian kita arahkan siswa takhlik perbandingan sebelah-arah nan bertemu dengan dan sudut-sudut yang sekufu bersumber kedua gambar tersebut dengan melakukan LKS 2 sebagai berikut :
Sinaga, Menanamkan Konsep Kesebangunan dan Kekongruenan, 351
352, J-TEQIP, Perian V, Nomor 2, November 2014
Setelah mengerjakan LKS 2, agen dari kelompok yang tersaring mempresentasikan hasil kerjanya di depan dan keramaian bukan menanggapi serta menyeimbangkan jawabannya dan ternyata semua kelompok mempunyai pendapat Hipotetis latihan :
yang setimbang tentang syarat dua bangun nan sebangun dan syarat dua bangun yang kongruen. Kemudian siswa diberikan latihan cak bagi mengetahui kompetensi nan dimiliki selepas menerima pembelajaran.
Sinaga, Cangkok Konsep Kesebangunan dan Kekongruenan, 353
354, J-TEQIP, Musim V, Nomor 2, November 2014
Bersumber hasil pengamatan, siwa dapat mengerjakan cak bertanya tersebut dengan baik dan saja 4 individu dari 23 hamba allah siswa nan kurang dapat berbuat dengan baik dan benar sesuai konsep yang diberikan. PENUTUP Penanaman konsep yang benar plong pengajian pengkajian matematika khususnya lega materi kesebangunan dan kekongruenan menggunakan media geometry ekspressions menarik perhatian siswa dan
dapat meningkatkan hasil berlatih peserta dilihat dari hasil LKS yang dikerjakan. Konsep yang didapatkan siswa diharapkan dapat pun digunakan cak bagi memecahkan soal-cak bertanya yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Semata-mata kendala yang peneliti hadapi ialah aliran elektrik yang tidak suka-suka di papan bawah 9B dan harus mencari ruang kelas yang mempunyai aliran setrum, dan infokus yang adanya hanya suatu di SMPN 4 dan harus bergantian dengan padanan yang sekali lagi ingin menggunakannya.
Sinaga, Menanamkan Konsep Kesebangunan dan Kekongruenan, 355
DAFTAR Teks Depdiknas. 2006. Permendiknas No. 22 perian 2006: Kurikulum 2006 Indra penglihatan Pelajaran Matematika. Jakarta: Depdiknas. Sigit Tri Guntoro dan Sapon Suryopurnomo. 2011. Aplikasi Kesebangunan Dalam Pembelajaran Matematika SMP. Modul Matematika SMP Acara Bermutu: PPPPTK Ilmu hitung. Wahyudin Djumanta dan Dwi Susanti. 2008. Berlatih Matematika Aktif dan Menyenangkan bakal inferior IX Sekolah Madya Purwa/ Madrasah Tsanawiyah: Aneka Hobatan. Pitadjeng, 2006. Pembelajaran Matematika nan Meredam emosi. Jakarta: Departemen Pendidikan Kewarganegaraan
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Noprinaldi hendrdiko dkk. 2012. Kesadaran Konsep Matematis Lega Materi Kesebangunan Melalui Pembelajaran Aktif Type Sinergetic Teaching. Kertas kerja Pendidikan Matematika. STEKIP PGRI SUMBAR. Hudojo, H. 1998. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdibud. National Council of Teachers of Mathematics. (2000). Principles and standards for school mathematics. Reston, VA: Author. Jonassen, D. H., Howland, J., Moore, J., & Marra, R. (2003). Learning to solve problems with technology: A constructivist perspective (2nd ed.). Upper Saddle, River, NJ: Prentice Hall.
Source: https://anzdoc.com/download/201533565c4ce578af70571b164cdbd5ac6232476.html
Posted by: skycrepers.com