Contoh Kasus Pembelajaran Matematika Kelas 6 Sd Tentang Hukum Thorndike
Pak Purwadi adalah seorang hawa kelas 4 di sebuah SD nan terletak di daerah pegunungan. Internal mata pelajaran matematika tentang bongkahan, Pak Purwadi menjelaskan kaidah menjumlahkan pecahan dengan memberi transendental di papan catat. Salah satu penjelasannya yaitu sebagai berikut:
“Perhatikan anak-anak, kalau kita menjumlahkan pecahan, penyebutnya harus disamakan lebih lagi dahulu, kemudian pembilangnya dijumlahkan. Perhatikan hipotetis berikut: 1/2 + 1/4 = 2/4 + 1/4 = 3/4. Perhatikan lagi paradigma ini: 1/2 + 1/3 = 3/6 + 2/6 = 5/6. Jadi yang dijumlahnya ialah pembilangnya, sedangkan penyebutnya tunak. Mengerti anak-anak asuh?”
Anak-anak diam, mungkin mereka bingung.
Karuan sudah jelas, kan. Nah masa ini coba cak bagi soal-soal ini.”
Pak Purwadi menulis 5 soal di papan catat dan anak-anak asuh membedakan buku latihan. Secara berangsur-angsur mereka tiba berbuat soal, sahaja sebagian lautan anak bertelingkah karena lain luang bagaimana cara mengerjakannya. Hanya bilang momongan yang tampak mengerjakan cak bertanya, yang bukan sekadar menulis soal, dan cak semau pula yang bertelingkah dengan temannya. Selama anak-anak bekerja Pak Purwadi duduk di depan kelas bawah serempak membaca.
Sesudah radu, anak asuh-anak diminta saling bertukar hasil pekerjaannya. Cangkang Purwadi meminta sendiri anak menuliskan jawabannya di papan tulis. Tetapi karena jawaban itu salah, Kemasan Purwadi lalu menuliskan semua jawaban di papan tulis. Kemudian anak asuh-momongan diminta menyelidiki pekerjaan temannya, dan mencocokkan dengan jawaban di tiang tulis. Alangkah kecewanya Pak Purwadi detik mencerna bahwa berpangkal 30 anak, belaka seorang nan etis semua, sementara itu seorang sekali lagi benar 3 soal, dan yang lainnya salah semua.
1.
Identifikasi 3 kelemahan pembelajaran yang dilakukan Pak Purwadi dalam kasus di atas. Berikan alasan mengapa itu anda anggap ibarat kelemahan. (skor 6).
2.
Jika engkau nan menjadi Pak Purwadi, jelaskan langkah-ancang pembelajaran yang akan kamu tempuh buat mengajarkan pecahan dengan penyebut yang berbeda. Beri alasan mengapa awalan-langkah itu yang ia tempuh. (ponten 15)
JAWABAN KASUS A (Pak Purwadi)
1. Tiga (3) kelemahan pembelajaran Kemasan Purwadi adalah:
Pak Purwadi bukan menjelaskan bagaimana menyelesaikan soal secara berantara, misalnya pada kasus tersebut tampak Pak Purwadi kadang-kadang bukan menjelaskan bagaimana caranya untuk menyejajarkan penyebut kodrat bongkahan. Penjelasannya plus singkat sehingga tidak jelas. Padahal penjelasan yang runtut, jelas dan logis selangkah demi setapak diperlukan lakukan menciptakan menjadikan siswa mudah mengetahui enumerasi pecahan tersebut.
Paket Purwadi tidak mengecek pemahaman siswanya dengan baik. Ia hanya menunangi “Mengerti anak-anak?”. Pertanyaan arketipe ini lain dapat memerangkapi pemahaman siswa. Seharusnya dia menanyakan anju-langkah menjumlahkan pecahan secara sewaktu, misalnya dengan menanyakan, “Cak kenapa penyebut puas awalan penjumlahan pecahan itu diubah menjadi 4 dan 6?” dan sebagainya. Cak bertanya langsung mengarah ke materi tuntunan, tak meminta apakah anak mengerti alias tak saja.
Pak Purwadi tidak membimbing siswa, selepas memberikan 5 cak bertanya cak bimbingan, alih-alih berkeliling menerimakan bantuan pada siswa yang membutuhkan, ia malah duduk di depan papan bawah (di kursinya) sambil membaca.
Momen salah koteng anak diminta menuliskan jawabannya di kayu catat, Pak Purwadi tidak meminta tanggapan dari siswa lain. Keadaan ini ialah sebuah kelemahan pembelajaran, padahal apabila Sampul Purwadi memanfaatkannya menjadi bahan diskusi dan kesempatan untuk menguraikan kembali materi terkait soal tersebut maka pembelajaran akan boleh menjadi kian baik.
2. Pada materi pencacahan bongkahan tersebut, jika saya menjadi Pak Purwadi maka langkah-langkah yang akan saya lakukan yakni perumpamaan berikut:
Memunculkan tujuan penerimaan
Mengasihkan sebuah paradigma soal tentang pembilangan retakan yang memiliki penyebut nan berbeda, laksana 1/4 + 1/2
Menyajikan langkah-langkah demi langkah cara menyelesaikan contoh cak bertanya tersebut secara runtut, rinci, jelas, dan masuk akal kepada siswa.
Menerimakan sebuah contoh cak bertanya lagi, misal 1/3 + 1/4
Menunangi siswa untuk berpartisipasi secara seling buat menyelesaikan cak bertanya tersebut selangkah demi selangkah, sekali lalu mengecong pemahaman setiap murid.
Membantu siswa yang mengalami kesulitan pada langkah-persiapan yang dilakukan buat tanggulang soal tersebut.
Memberi sebuah acuan cak bertanya lagi, misalnya 1/2 + 1/5.
Kembali meminta petatar mengerjakan pertanyaan tersebut, kali ini secara berpasangan dengan pasangan sebangku mereka (rival yang duduk berdempetan) masing-masing.
Menanyakan siswa mengibuli hasil pekerjaan mereka dengan membandingkannya dengan hasil pencahanan oponen lainnya.
Lamar mereka memasalahkan apabila terletak perbedaan jawaban, sembari temperatur memberikan bimbingan bila diperlukan.
Memberikan cak bertanya latihan sebanyak 5 buah contoh tanya buat dikerjakan.
Mengecek jawaban siswa dengan meminta beberapa orang menuliskan jawaban mereka masing-masing di papan tulis.
memfasilitasi sumbang saran kelas apabila terdapat perbedaan-perbedaan jawaban siswa.
Mengajak peserta merefleksi dan menyimpulkan pembelajaran yang mutakadim diikuti.
Memberikan tugas rumah (PR) dan meminta siswa belajar untuk materi pada pertemuan berikutnya.
Bu Lince mengajar di kelas 1 SD Sekarharum nan terwalak di ibukota sebuah kecamatan. Suatu perian Bu Lince mengajak anak-anak bercakap-cakap adapun sayur-sayuran nan banyak dijual di pasar. Momongan-anak asuh diminta mengistilahkan sayur yang paling disukainya dan menuliskannya di buku masing-masing. Anak-anak asuh tampak gembira dan berlomba menamakan dan menuliskan sayur yang disukainya. Puas penghabisan perbincangan Bu Lince meminang koteng anak menuliskan nama sayur yang sudah disebutkan, sedangkan anak-anak lain mencocokkan pekerjaannya dengan coretan di papan.
Sehabis selesai anak-anak diminta membuat kalimat dengan memperalat kata-kata nan ditulis di kayu catat.
“Momongan-anak, lihat kata-kata ini. Ini nama sayur-sayuran. Baca baik-baik, buat kalimat dengan perkenalan awal-kata itu ya.”
Anak-ank menjawab serentak:
Kemudian Bu Lince meninggalkan ke mejanya dan memperhatikan barang apa yang dilakukan anak-anak asuh. Karena tak seorangpun yang start berkarya, Bu Lince terpandang tak lunak.
“Cepat bekerja, dan angkat tangan jika sudah punya kalimat.” kata Bu Lince dengan celaan keras. Anak-anak asuh terbantah kusut, cuma Bu Lince bungkam sahaja dan tetap duduk di kursinya. Perhatian anak-anak menjadi memendek, bahkan ada nan mulai mengantuk, dan sebagian menginjak main-main-main. Mendengar suara gaduh, Bu Lince dengan keras menyuruh anak asuh-anak sengap dan menunjuk seorang anak asuh kerjakan membacakan kalimatnya. Anak yang ditunjuk bungkam karena lain n kepunyaan kalimat yang akan dibacakan. Bu Lince memanggil kembali dengan suara keras agar semua anak membuat kalimat.
1.
Bandingkan suasana kelas yang diuraikan pada paragraf 1 dan paragraf lebih jauh, ditinjau semenjak segi guru, siswa, dan kegiatan (skor 6).
2.
Pendekatan pembelajaran mana yang sebaiknya diterapkan oleh Bu Lince detik mengajar tentang sayur-sayuran untuk anak-anak kelas bawah 1? Berikan alasan, mengapa pendekatan tersebut yang anda anggap sesuai. (skor 3).
3.
Kembangkan topik sayur-sayuran nan akan anda sajikan dengan pendekatan yang anda ujar pada nomor 2 (skor 5)
JAWABAN SOAL KASUS KASUS B (BU LINCE)
1. Pada Paragraf 1, tertumbuk pandangan Bu Lince dan semua siswa sangat menikmati pembelajaran yang dilaksanakan. Hal ini terlihat berpangkal bagaimana Bu Lince dengan bagusnya mengajak siswa-murid tersebut bakal berbincang-bincang mengenai sayur-sayuran nan dijual dipasar dan sayuran mana nan paling mereka sukai. Dengan baik sekali Bu Lince melakukan pembelajaran di adegan awal. Anak-anakpun dengan mudah mengikutinya dengan demen dan gembira. Berbeda dengan paragraf berikutnya, saat Bu Lince start meminta anak-anak inferior 1 itu bikin membuat kalimat mulai sejak kata-alas kata yang sudah ditulis mereka di resep coretan per. Pasti semata-mata pelajaran berikutnya ini lebih rumit dibanding sesi purwa nan belaka menunangi mereka menuliskan sayuran yang disukai. Lebih lagi anak asuh-anak asuh enggak diberikan komplet ataupun cara bagaimana membuat dan menulis kalimat yang berbimbing dengan sayur-sayuran tersebut, dan tanpa pembimbingan sama sekali. Momongan-anak menjadi bingung, ribut, dan frustasi.
2. Pendekatan yang mudahmudahan digunakan maka itu Bu Lince lakukan anak asuh-anak asuh kelas 1 ini yakni pengajian pengkajian terpadu (tematik), karena pemikiran anak asuh-anak papan bawah 1 masih bersifat holistik. Selain itu penataran tematik membentuk pesuluh lebih aktif (berkujut aktif dalam pendedahan), laur dan sesuai dengan minat dan perkembangan siswa.
3. Apabila kita mengajarkan pembelajaran tematik di kelas 1 dengan tema sayur-sayuran, maka tema ini dapat dikembangkan kerjakan membelajarkan siswa pada berbagai netra tutorial yang terkait dengan tema itu, misalnya: lakukan mata pelajaran bahasa, siswa boleh diminta menuliskan jenis-variasi sayuran yang biasa mereka jumpai di pasar, kerjakan alat penglihatan les IPA petatar dapat diajak kerjakan mengenal bagian-adegan tumbuhan nan digunakan bagaikan sayuran seperti patera, mayit, bunga, buah, ataupun pangkal pohon. Pada mata pelajaran PKn misalnya, master dapat mengajarkan perilaku jujur dalam kegiatan menggandar di pasar, serta lakukan les Penjaskes, bahwa kerjakan tumbuh sehat, kita membutuhkan zat-zat bergizi kasatmata gizi yang terdapat kerumahtanggaan sayur-sayuran yang kita konsumsi.
Source: https://devi-setiawan.blogspot.com/2016/11/contoh-kasus-pembelajaran-dan-jawabannya.html
Posted by: skycrepers.com