dewa yang mukanya banyak
Benda Klasik 4 M – 5 M (Tahun Periode Belum Ada)
Nama Lainnya : Nomor Inventaris BG 780
N domestik agama Hindu dikenal adanya betara-batara nan diwujudkan dalam bentuk arca. Agama Hindu mengenal Trimurti laksana satu kesatuan tiga dewa tertinggi di atas betara-dewa lainnya. Dewa Trimurti terdiri atas Batara Brahma ibarat kreator, Dewa Wisnu laksana pemelihara, dan Dewa Siwa sebagai pembinasa ataupun perusak. Dari ketiga batara itu Wisnu dan Siwa yang sering dipuja, menghafaz dewa pencipta dengan sendirinya terdesak oleh guna bani adam nan lebih memperhatikan berlangsungnya segala apa yang sudah tercipta. Segala sesuatu yang akan binasa karena waktu, lebih beruntung manah. Di antara pemeluk agama Hindu ada nan memuja Wisnu (golongan Waisnawa) dan Siwa (golongan Saiwa). Siwa dipandang sebagai dewa tertinggi nan disebut Batara syiwa atau Mahe?wara.
Wisnu umpama dewa pemelihara digambarkan sesuai kebutuhan, sehingga dikenal ada penjelmaan ataupun awatara, yaitu:
1. Matsya-awatara, sebagai matsya (iwak) Wisnu menolong Manu, yaitu manusia pertama bakal menghindarkan diri bersumber air bah yang menelan bumi.
2. Kurma-awatara, sebagai kurma (kambar-kambar) Wisnu remang di atas dasar laut menjadi alas bagi dolok Mandara yang dipakai maka dari itu para dewa untuk mengaduk laut n domestik persuasi mendapatkan Amerta (air penghidupan).
3. Waraha-awatara, ketika dunia ditelan laut dan ditarik ke dalam kegelapan patala (dunia radiks), Wisnu menjadi Waraha (babi-hutan) dan mengangkat dunia kembali ke tempatnya.
4. Narasimha-awatara, Wisnu bermetamorfosis sebagai raja rimba-manusia. Diceritakan Hiranyakasipu sendiri besar mengusasi dunia. Kesaktian Hiranyakasipu tidak boleh dibunuh oleh betara, basyar maupun binatang, tidak bisa dibunuh tahun siang alias malam. Maka bikin membunuhnya, Wisnu menjelma menjadi Narasimha (raja hutan-manusia), dibunuhnya Hiranyakasipu puas waktu senja.
5. Wamana-awatara, Wisnu berubah bentuk umpama Wamana (individu kerdil), dan mohon kepada Daitya Bali yang dengan sangat zalim memerintah dunia supaya kepadanya diberi tanah seluas tiga awalan. Setelah diizinkan, maka dengan Triwikrama (Wamana-awatara) (tiga langkah) ini ia menguasi marcapada, angkasa dan surga. Disini Wisnu sebagai Dewa Matahari membereskan mayapada dengan tiga langkahnya, yakni waktu terbit, tengah perian, dan waktu terbenam.
6. Parasurama-awatara, Wisnu bermetamorfosis menjadi Rama bersenjata parasu (kapak) dan menggempur golongan kastria sebagai balas dendam terhadap penghinaan yang dialami ayahnya seorang brahmana, mulai sejak koteng raja (kasta ksatria).
7. Rama-awatara, Wisnu menjelma menjadi Rama terkenal dalam kisahan Ramayana. Rama mengetanahkan mayapada dari ancaman Rahwana maupun Dasamukha.
8. Krisna-awatara, Wisnu bertransformasi menjadi Krsna terkenal n domestik cerita Mahabharata. Krsna membantu Pandhawa menuntut keadilan dari para Kurawa.
9. Budha-awatara, Wisnu beralih bentuk menjadi Buddha buat memancarkan agama ilegal guna menyelamatkan dan melemahkan mereka nan memusuhi para batara. Privat agama Buda, dewa bukanlah yang tertinggi dan hanyalah satu bagan penjelmaan sahaja.
10. Kalki-awatara, Wisnu bertransformasi sebagai Kalki, dengan mengendarai aswa putih dan mengapalkan pedang terhunus menegakkan kembali keadilan dan kedamaian di dunia. Hal ini terjadi ketika kejahatan memuncak, sehingga dunia terancam kemusnahan.
Arca Wisnu dari Groyokan, Sambirejo, Prambanan, Sleman digambarkan dengan sikap duduk bersila, maupun vajrasana di atas padmasana. Arca Wisnu dari Groyokan ini, memakai Karanda-mukuta. Di belakang kepala terdapat praba/sirascakra atau lingkaran cahaya yang menunjukkan kedewaannya.
Reca Wisnu mempunai 4 (empat) tangan, tangan kanan atas memegang chakra alias sepeda cakra, kepercayaan bawah memegang gada, tangan kiri atas memegang sankha atau selerang kerang, dan asisten dasar menjabat bilvafala atau buah memanjatkan perkara.
Arca digambarkan dengan pakaian yang bernas, antara lain berupa hana maupun rantai, perat bahu, kangkana ataupun gelang, dan udarabandha maupun ikat pinggang,
Privat Rapporten van de Commissie in Nederlandsch-Indie voor Oudheikundig Onderzoek op Java en Madura (ROC) 1909, disebutkan Siwa-plateau atau Daratan tinggi Siwa dengan menyebutkan Pegunungan Gupala, dijelaskan adanya beberapa situs purbakala, seperti Dukuh Gupala (dengan temuan substansial Batara Suhu, arca betara dan dan beberapa patung peri), Candi Tinjon, dan Candi Ijo, dalam garitan itu belum disebutkan Sumur Bandung. Mengenai Siwa-plateau sudah disebutkan sejak perian 1887 oleh Dr. I. Groneman, dalam Tijdsch, T. L. Vk. XXXII (TLV), dengan demikian perbukitan di seputar Candi Ijo sudah lama diketahui umpama daerah yang mengandung cekram budaya. Temuan-temuan Arca Nandiswara, Reca Triwikrama, Reca Wisnu dan lainnya, menjadi bukti jalan Kebudayaan Hindu di kawasan yang disebut Lembang tahapan Siwa, namun justru ditemukan arca-arca Dewa Wisnu yang ialah masterpiece maupun karya agung tamadun Hindu di Indonesia.
Kondisi Kini : Baik dan terawat.
Source: https://jogjacagar.jogjaprov.go.id/detail/1801/arca-wamana-triwikrama