nama bahasa daerah bugis

Ketika menginjankan kaki di Pulau Sulawesi kita tak doang disuguhi pemandangan alam yang luhur. Namun kita kembali bisa melihat kekayaan budaya dan keramahtamahan masyarakatnya.

Di Pulau Sulawesi naik daun suku nan bernama Suku Bugis. Kelompok publik ini ternyata memiliki sejarah yang cukup tataran dan menghela lakukan dipelajari. Bagaimana cerita dibalik masyarakat rasam ini? Berikut penjelasan lengkapnya.

Sumber akar Usul Suku Bugis

Tungkai bugis berpunca dari Sulawesi. Mengutip dari
wajokab.go.id, Bugis ialah kaki yang timbrung dalam kategori Deutero Melayu. Perkenalan awal “Bugis” berpokok berpangkal “To Ugi” nan artinya “insan Bugis”.

Eksploitasi kata “ugi” condong pada La Sattumpugi yang ialah sunan purwa di Kekaisaran Cina di Pammana, Kabupaten Wajo.
To Ugi
dapat kembali dimaknai sebagai pengikuti La Sattumpugi. Masyarakat Bugis ini tersebar di Kabupaten Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Sidrap, Pinrang, Sinjai, dan Barru.

N domestik perekmbangannya, Kaki Bugis memiliki beberapa kerajaan klasik yang pas besar. Mengutip di
kk.sttbandung.ac.id, berikut ini penjelasan adapun kerajaan yang pernah berkembang di masyarakat Bugis.

1. Imperium Bone

Kerajaan ini memiliki sejarah yang sepan tahapan dengan diwarani makanya kekecauan dalam waktu yang lama. Di tengah kompleksitas tersebut muncul To Manurung.

Kemudian To Manurung atau yang sekali lagi dikenal Menurunge ri Matajang akhrinya dilantik sebagai sultan. Selama menjalankan pemerintahan, sira dibantu oleh dewan legislatif yang bernama ade pitue. Seiring berkembangnya waktu, kekaisaran ini kemudian memperluas wilayah ke lor, selatan, dan barat.

2. Imperium Makassar

Lega perian ke 12, 13, hingga 14 ada kerjaan beranama Gowa, Soppeng, Bone dan Wajo. Keempat kerajaan tersebut mengalami krisis sosial.

Imperium Gowa (Makassar) akrhinya mendirikan kerjaan ajudan bernama Kerajaan Tallo. Semata-mata plong balasannya, Kerajaan Gowa dan Tallo kembali menjadi satu dalam suatu payung bernama Kerajaan Makassar (Gowa).

3. Kerajaan Soppeng

Momen terjadi banyak kekecauan, kerjaan ini unjuk dua orang To Manarung. Purwa, perawan bernama Manurungnge ri Goarie yang kemudian memerintah Soppeng ri Aja.

Kedua, maskulin bernama La Temmamala Manurungnge ri Sekkanyili yang memerintah Soppeng ri Lau. Kemudian kedua kekaisaran tersebut berintegrasi menjadi Kerajaan Soppeng.

4. Kekaisaran Wajo

Kekaisaran ini semenjak dari komune-komune di berbagai tempat. Intern perkembangannya, kerajaan ini kontak dipimpin oleh beberapa syah dan pernah mengalami kekosongan kontrol. Berpangkal situlah muncul kontrak yang isinya nasib baik kemerdekaan Wajo.

Bahasa Suku Bugis

Komunikasi menjadi hal yang terdepan bikin makhluk arwah. Komunikasi bisa dilakukan secara lisan atau tulisan. Pada zaman adv amat, Suku Bugis menggunakan dua cara komunikasi tersebut. Secara lisan mereka berkomunikasi menunggangi bahasa Bugis, sedangkan secara karangan mereka memiliki aksara koteng nan bernama
Lontara.

Mengutip dari
petabahasa.kemdikbud.go.id, bahasa Suku Bugis memiliki banyak dialeg. Berikut ini daftar dialeg nan ada di bahasa Bugis.

  • Dialek Bone
  • Dialek Pangkep
  • Dialek Makassar
  • Dialek Pare-Pare
  • Dialek Wajo
  • Dialek Sidenreng Rappang
  • Dialek Sopeng
  • Dialek Sinjai
  • Dialek Pinrang
  • Dialek Malimpung
  • Dialek Dentong
  • Dialek Pattinjo
  • Dialek Kaluppang
  • Dialek Maiwa
  • Dialek Dialek Maroangin
  • Dialek Wani
  • Dialek Bugis Kayowa
  • Dialek Buol Pamoyagon (Bugis Pomayagon)
  • Dialek Buol Bokat (Bugis Bokat)
  • Dialek Jambi
  • Dialek Kalimantan Selatan
  • Dialek Lampung
  • Dialek Sulawesi Tenggara
  • Dialek Bali
  • Dialek Sulawesi Tengah
  • Dialek Riau
  • Dialek Kalimantan Timur

Sedangkan bikin berkomunikasi secara tertulis Suku Bugis menunggangi fonem bernama
Lontara. Menurut penjelasan di
Koran Al – Ulum Volume 12, No. 1, Tahun 2012, aksara ini merupakan manuskrip yang ditulis dengan perangkat drastis di atas daun lontar. Kemudian ditambah cairan hitam pada lulusan goresannya.

Hingga saat ini belum ada kejelasan mengenai semula mula munculnya aksara ini. Namun fonem
Lontara
muncul di beberapa tulisan tangan kuno masyarakat Bugis. Dalam kronik tersebut pun dijelaskan beberapa naskah historis yang menjadi adegan berasal tamadun Bugis.

  1. Lontara Padang: kumpulan amanat basyar bijak nan menjadi mandu intern kehidupan orag-orang Bugis.
  2. Attoriolong: gubahan keturunan syah-raja dengan asam garam di zaman dulu.
  3. Pau-pau ri kadong: cerita rakyat yang brisi legenda dan kejadian luar biasa.

Di Sulawesi Daksina pula ada dua jenis abc yang pernah dipakai. Pertama, huruf segi catur atau
hurufu sulapak eppa. Kedua, aksara ceceh-burung atau
huruf jangan-jangan.

Setelah Islam nomplok, pagar adat tulis menggambar makin berkembang. masayrakat Bugis kemudian mengenal tulisan dengan aksara Arab – Melayu. Bikin keperluan keagamaan, tulisan kemudian berubah menjadi huruf Arab.

Pakaian Tungkai Bugis

Tak mengetem hingga di bahasa dan abc, peradaban Suku Bugis lagi bisa dilihat berpangkal baju adat yang dimilikinya. Gaun Suku Bugis bernama baju Bodo.

Baju ini memiliki rancangan seperti baju kurung sonder jahitan. Pada fragmen pangkal longo padahal bagian atas terwalak lubang seukuran komandan minus kerah. Bagain depan rok bukan ada sendi atau lem. Ujung atas sisi kanan kiri dibuat kubang sat jengkal bagi lengan.

Menurut penjelasan di jurnal
Folio 2(1),
gaun Bodo terdiri dari dua macam merupakan baju yang digunakan lakukan sehari-hari dan baju yang digunakan para bangsawan. Berlandaskan warnanya, berikut ini pemakaian baju Bodo.

Rok Bodo cak bagi Semangat Sehari-hari

  1. Anak asuh-momongan berumur di bawah 10 waktu: melingkarkan pakaian yang disebut
    Waju Pella-Pella
    berwarna kuning gading.
  2. Vitalitas 10 – 14 hari: mengenakan baju Bodo berwarna jingga dan merah akil balig.
  3. Roh 14 – 17 tahun: menyarungkan baju Bodo bercat jingga dan merah jambu, berlapis susun dua.
  4. Usia 17 – 25 periode: melingkarkan warna merah menyala, belapis, dan bersusun. Umumnya baju ini pula dikenakan maka itu perempuan yang telah menikah dan memiliki anak asuh.
  5. Usia 25 – 40 tahun: mengenakan baju Bodo bercelup hitam.

Baju Bodo untuk Bangsawan

  1. Baju Bodo rona kalis dikenakan oleh inang raja atau dukun atau bissu.
  2. Baju Bodo berwarna hijau diguankan dikenakan oleh upik raja. Namun saat ini, baju Bodo warna yunior sering dikenakan di program pernikahan.
  3. Busana Bodo corak ungu dikenakan bakal janda.

Rumah Aturan Kaki Bugis

Sama halnya suku lain nan cak semau di Nusantara, Bugis lagi memiiki kondominium adat yang menjadi ciri khasnya. Mengutip dari
Prosoding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan VI 2018, Perkumpulan Teknologi Adhi Tama Surabaya, dijelaskan bahwa rumah adat Bugis memiliki tiga bagian yang terinspirasi berpunca jasmani individu.

Mengenai bagian-babak yang ada di rumah kebiasaan Suku Bugis, laksana berikut:

  1. Awa Bola: bagian kolong rumah atau kaki merupakan bagian paling radiks rumah.
  2. Ale Bola:
    adegan kondominium nan terdiri atas dinding dan tegel. Fragmen ini terletak di antara lantai dan loteng.
  3. Botting Langi: bagian flat paling atas, yang terdiri semenjak loteng dan sengkuap kondominium.

Darurat itu untuk ruangan di flat adat ini juga ada tiga macam dengan fungsi yang berbeda. Ruangan tersebut yaitu:

  • Ruang depan (Lontang Risaliweng) berfungsi untuk menerima pengunjung, peraduan pengunjung, bekas musyawarah, dan kegiatan bukan yang sifatnya umum.
  • Ruang paruh (Lontang Ritengnga): fungsinya untuk pembaringan kepala keluarga beserta ulam-ulam, petiduran anak yang belum dewasa, dan ruang makan.
  • Ruang berlakang (Lontang Rilaleng): berfungsi utnuk gelanggang tidur lansia dan gadis remaja.

Kondominium masyarakat Bugis sekali lagi cak semau adendum ruang pemanas yang ada dibelakang atau samping. Posisi dapur sangat penting sebab berkaitan dengan pelayanan kebutuhan flat tangga.

Itulah penjelasan sekejap adapun Kaki Bugis dan kebiasaan istiadat yang dimilikinya. Kekayaan budaya tersebut sudah senantiasa dilestarikan karena menjadi ciri individual serta khuluk bangsa.

Source: https://katadata.co.id/sitinuraeni/berita/615a56ea0fdd0/mengenal-suku-bugis-dari-sejarah-sampai-rumah-adat-yang-dimilikinya