pendekar syair berdarah
Kenanganku Bersama Film “Sebut Tinular III – Pendekar Syair Berpembawaan” di Musim 1992
Kompasiana yakni platform blog. Konten ini menjadi pikulan jawab bloger dan enggak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Kenangan bersama film fenomenal memang terkadang menjadi sebuah kompleks spesial. Betapa bukan purwa kali diajak nonton sinema maka itu orang tuaku di rekata aku masih duduk di bangku SD. Menonton bioskop di Tutur Tinular III — Pendekar Tembang Berpembawaan memberikan hasrat untuk dapat berkelahi dan menyelamatkan negeri ini bersumber kejahatan.
Film Tutur Tinular III dengan produser Hasok Soebroto ini merencana di masa Majapahit. Bioskop yang disutradarai oleh Sofyan Sharna ini berdurasi 79 menit. Dengan harga kartu yang tergolong masih tercapai oleh ayahku yang berprofesi sebagai darji tailor. Aku menikmati film yang diperankan maka itu Sandi Nayoan sebagai Kamandanu.
Gambar hidup ini memang menjadi kancing Tarik dan cukup laris di kala itu. Bukan saja sebagai kisah di radio namun juga sebagai sinema film. Keunikan sinema ini yang kurasakan di rekata itu adalah tentang kegigihan penyelamatan Kamandanu terhadap Panji, anaknya nan diburu kerjakan dibunuh oleh Arya Dwipangga (diperankan maka dari itu Baron Hermanto).
Arya Dwipangga memang mau sekali membalas kesirikan kepada Kamandanu. Arya Dwipangga kepingin mendebah Panji (diperankan Sawung Sembadha) bikin memperkuat ilmu Sunan Segara Geni disamping juga sebagai balas dendam kepada Kamandanu. Aji-aji itu bisa sempurna dimiliki jika dilakukan dengan bergelimang darah anak junjungan keturunan satria. Arya Dwipangga sudah menjagal 7 anak laki, dan sasaran berikutnya ialah Panji bak incaran ke-8.
Doang, gelojoh sekali, kampanye Arya Dwipangga berdampak dihalau maka itu Kamandanu. Sungguhpun Kamandanu tahu kalah dengan Arya Dwipangga, saja komidi gambar ini bercerai dengan kekalahan Arya Dwipangga nan seketika menghilang dengan sebuah pernyataan bahwa permusuhan dirinya masih terus berlanjut kepada Kamandanu. Sambil menikmati kisah Ujar Tinular III ini dengan geta yang sudah empuk dan cemilan sekali lagi menghiasi betahnya aku menonton di bioskop.
Sebagai penolong Arya Dwipangga, terletak Bajil yang sempat ditawan dan alhasil diserahkan ke Majapahit cak bagi menerima hukumannya. Serunya menonton film ini adalah menonton keseruan perkelahian dengan bunyi dentuman dan sekuritas musik yang hingar bingar di bioskop. Nada nan tercipta adalah hasil karya berpokok Sherman. Supaya audio masih tidak seelok seperti momen ini, semata-mata film ini menjadi sebuah kisah menggandeng kerjakan diceritakan momen ini. Pun, tidak hanya audio, dari jihat gambar pula jauh hanya masih diriku masih bisa menjiwai sedikit cerita di masa Majapahit.
Eits, ketika itu kukira film yang diproduksi oleh Elang Perkasa Bioskop tersebut benar-benar terjadi lho. Wajar saja, aku masih kecil dan tidak selayaknya sich menonton film tersebut. Mana tahu, karena tayangan bioskop di rasi tersebut belum terlalu kuat lakukan pengawasan kepada anak-anak ya. Tapi itu yakni sebuah kenanganku menonton sinema Indonesia di bioskop.
surat tempelan Ucap Tinular III (dok. Elang Perkasa Film)
Video Pilihan
Source: https://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza/605f513ad541df5be86013d5/kenanganku-bersama-film-tutur-tinular-iii-pendekar-syair-berdarah-di-tahun-1992