Mengenal Ragam Suku Bangsa yang Mendiami Provinsi Bengkulu


Ilustrasi (Rizki Hidayah Hidayat/Unsplash)

JAKARTA – Indonesia merupakan negara yang berlimpah akan diversifikasi. Selain dari sisi bahasa, keanekaragam juga dapat dilihat dari suku bangsa. Mengabarkan BPS.go.id, Senin, 24 Januari, sekurang-kurangnya suka-suka 1.340 kabilah yang menempati Indonesia. Ini karena satu provinsi memiliki 3 hingga 15 suku nasion.

Di provinsi Bengkulu, misalnya. Suku bangsa di Bengkulu terdiri semenjak kabilah asli dan suku bangsa pengelana. Penduduk tahir Bengkulu terbagi atas empat suku besar yakni suku nasion Melayu, suku nasion Rejang, tungkai bangsa Serawai, dan tungkai bangsa Enggano.

Cak semau juga tungkai-suku nasion pendatang yang bertransmigrasi di Bengkulu.

Sungku nasion Melayu

Tungkai nasion Melayu yakni salah satu tungkai bangsa yang tinggal di Bengkulu. Mayoritas masyarakatnya menempati wilayah sekeliling rantau dan paling banyak di kota Bengkulu. Tungkai bangsa Melayu Bengkulu merupakan pencampuran antara suku bangsa asli dengan orang Jawi pengelana.

Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Jawi dialek Bengkulu. Profesi masyarakat Melayu di Bengkulu yakni penjala, pedagang, dan pekerja kantoran.

Suku bangsa Enggano

Suku nasion Enggano bermukim di pulau Enggano, Bengkulu. Suku Enggano sendiri, terbagi lagi menjadi enam sub suku adalah Kauno, Kaitora, Kaarubi, Kaaruba, Kaohoa dan Kamay yang berarti pedagang.

Islam dan Kristen yaitu dua ajun yang dianut oleh orang-khalayak suku Enggano. Karena menetap di negeri pesisir, maka sebagian segara mata pencaharian masyarakatnya adalah nelayan.

Suku bangsa Rejang

Kabilah Rejang menjadi kelompok suku bangsa paling banyak yang silam di Bengkulu. Suku bangsa ini dapat ditemukan di Kabupaten Rejang Lebong, Lebong, Kepahiang, dan sebagian kabupaten Bengkulu Paksina.

Dalam pergaulan sehari-hari, kaum Rejang menggunakan bahasa Rejang. Cak semau catur dialek yang absah dituturkan, yakni dialek Kepahiang (Rejang Ho), Selupuh (Rejang Musai), Rejang Lebong, dan Rejang Pantai. Sebagian besar suku bangsa Rejang bermata pencaharian sebagai petani.

Banyak mahajana suku bangsa Bengkulu Rejang berprofesi misal petambak, sekadar cak semau pun yang berdagang, beternak, bertegal, berlayar, dan buruh industri.

BACA JUGA:


Suku bangsa Serawai

Suku bangsa di Bengkulu terakhir cak semau tungkai bangsa Serawai. Suku ini kebanyakan berkampung tinggal di kabupaten Bengkulu Selatan dan kabupaten Seluma. Mereka hidup berkelompok kerumahtanggaan sebuah desa dengan menggunakan bahasa Serawai umpama bahasa pergaulan. Ada dua dialek yang sering dipakai, yaitu dialek Talo dan Manna.

Anak adam kaki Serawai banyak berkarya sebagai petani. Mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Sahaja, ada juga bilang yang masih melebarkan ajun nenek moyang.

Selain kaum asli Bengkulu, ada lagi beberapa tungkai nasion pendatang sebagai halnya kaki Jambi, tungkai Riau, suku Palembang, suku Minangkabau, tungkai Sunda, suku Jawa, dan suku Bali. para pendatang ini asalnya bersumber program transmigrasi pemerintah Belanda nan digalangkan perian 1930 dan dilanjutkan maka itu pemerintah Indonesia pada 1965-an. Supaya ada banyak suku bangsa silam di Bengkulu, doang hingga kini awam Bengkulu bisa menjaga keberanekaragaman tersebut dengan baik.