tawang alun kendari
Selembar Karangan
untuk ulang tahun CP
Alangkah benar, peluang seirama dengan kemampuan diri
Dan sepasang bola mata menancap di urat nadi
Jejak bayang terus berdatangan bergemuruh sepanjang masa
Kita orang yang mumbung rasa tak bahaduri bersua
Setakat kapan akan terus menjajap lain bertenaga
Hingga nyawa berkobaran jago merah di detak membara
Kehidupan tak ubahnya perjalanan
Dan sesungguhnya anak-anak akan seperti ibunya
Silih merindukan dalam peluk percakapan
Ungkap mata lever melenting doa penuh makna
Lalu pangsa keikhlasan
Tak terbaca internal kognisi
Hanya desau gerimis boncel
Raga yang terbalut gigil
Lega selembar catatan
Kaki terkapar retak cerah rembulan
Di bawahnya rahasia terbelakang
Di antara peluh tidak ubahnya kutuk ufuk
Nan gemawan tersumbat juang
Yang silih memandang
Saat terjaga dari segala kiblat
Jakarta, 9 Agustus 2020
Mungkin Kita Dahulu Usia
Buat Sapardi Djoko Damono
Mungkin kita habis usia
Tumbuh tanya privat kisahan
Terserah sedih merayah bahagia
Nama abadi seluas semesta
Ketemu maut teramat lara
Hujan abu di lilin batik ahad memanggil lain henti-hentinya
Di asing bukit sana melayang patera-patera sepuh
Provisional kita gelojoh kubayangkan
Menangkap keabadian
Penuh ribang tanpa kecurigaan
Di luar kata. Sejodoh sepatu silih berbisik
Bayang-bayang panjang itu menyebut gerimis sepuas-puasnya
Jakarta, 19 Juli 2020
Kepada Anawai
Kembang di langit tenggara
Mengenalmu semacam jalan minyak wangi
Harumnya menghimpun di pematang sawah
Perlahan bergema di pusat ii kabupaten
Mengantarnya membentuk percederaan
Siapakah nan hadir itu melayarkan halaman
Menamai angin menumpang di rumah tetua
Tampak dia meyuguhkan nafsu berahi?
Mana tahu di tahun-musim musim peralihan
Maupun di kebun-ladang hidup
Ada rahasia yang tembus menjemput usia
Kini di tanganmu ajang atma
Tetap gapai citamu
Kau menabur melati
Sesaat puluhan kali merapah
Jangan beranjak di ulas penyesalan
Kami mengetuk mentari dalam catatan
Sehabis panen meramaikan pijar harapan
Mendera tubuh untuk mimpi-mimpi yang laten
Di kejauhan menandaskan pusaran
Perawan ladang peraih tanda jasa
Dan bila periode bahagia menjangkiti
Rusukmu yang bengkok akan muncul
Membersamai bulan syawal
Berlian luhur berselendang sutra
Hadir dalam kalosara
Mengirimkan satu ikrar bahagia
Jakarta, 18 Juni 2020
Tangis Tersimpul
Saat ini getir mutakadim berangkat
Mengantar wajah seorang
Serupa itu sesak menusuk bayang
Dekap embun ampunan malam
Ternyata pernikahan tanpa cinta
Adalah dingin terbit kekosongan
Laksana api yang dipaksa menunukan
Tanpa objek bakar
Teramat bergelombang
Rajin berakhir kerumahtanggaan palsu
Ketika sirep menandaskan air ain
Allah duduk di ujung takdir
Menjatuhkan segala kuasa
Bukan main elusif menjodohkan
Jasad menoreh jejas
Tertawa dalam risau
Bahagia di debur diam
Semua terlelalap kejam
Keajaiban pekat bergumpal
Dialah tangis tersimpul
Jakarta, 12 Juni 2020
Kaulah Sesuatu
Buat sesuatu yang suka-suka
Sinar sudah bergaris mencarinya
Merembah turut jadi pandangan
Malam beristirahat akhir
Suara menghidangkan kedamaian
Benar pemudi membangkitkan gelora
Engkau segala arah intern tanya
Sekiranya menyejukkan
Spontan menggagalkan
Kesudahannya betapa berat terkepak
Merenung angan berlari gugup
Betapa merasa terhanyut dalam aliran
Talenta mencerai-beraikan ke ubun-ubun
Tidak berlimpah bergegas menemu
Begitu menyerbu berganduh
Astungkara
dirimu
diriku
jadi satu
Jakarta, 11 Mei 2020
Dalam Nirwana
Angin mengalun gelisah
Tapak memukau terdampar
Bersatu mengetuk pintu
Berharap perian berlaga
Darah di tubuh memetik merangsang
Bayang membangun pengetahuan
Sekelamin ain berhenti
Ombak dan wajah itu
Badai di jantung nan mekar
Ingatan semesta menjuling cahaya
Mendaras larik senyum bulan
Yang tutup mulut mulai menempah hujan
Sebelum pagi buta menetas di pucuk dermaga
Izinkan menyemai namamu pada gugusan medalion
Sepanjang langkah yang berkampung
Lantaran malam menafsir pesan
Memendam diri intern nirwana
Menyimpan panas kuku terbawa
Jakarta, 24 April 2020
Sibuk Ujian
Kesetiaanmu selalu tenggelam kerumahtanggaan buku
Menyelam batang air di tepi galian
Jaring-jaring catatan
Hendak bepergian
Dalam halte otak
Sejemang lagi berpetak
Merekam ki kenangan ingatan
Petisi poin memaksa pejuang usaha
Anak asuh-anak kalimat selalu mengadakan rapat paripurna
Ujian semester bergantian timbrung kerumahtanggaan mata
Bahkan lilin lebah melihatmu berkata-kata
Esok adalah kuis telah mulai padamu
Ujian adalah perjuangan hidup mati
Sekadar ada jenis kelainan
Kembali harapan tentang gejala
Semua berceloteh menyebut pelamar
Hanya dua sortiran: berjuang atau menyingkirkan
Sendisendi loyal bertumpukan
Maklumat praktikum berlayar tujuan
Sekarang di apartemen sahaja–perjalanan masih panjang
Perhatian masih tajam–hutang membaca harus menerobos memanjang
Jakarta, 21 Mei 2020
Ruang Usaha
Cak semau yang tersayat
Terbaring menatap cairan infus
Tubuh menggigil munjung kehangatan
Selang keteter tak pula mengenal pembuluh vena
Dari jarak jauh bedah vaskular di tiba
Ruang tunggu serupa itu lengang
Lilin batik berputar badai
Kusaksikan hari itu radu
Ketakutan mengembang di udara
Bilang kata berdarah
Di depan gapura tak selawa anggrek
Penghuni apartemen menjaja luka
Aku titip berasimilasi
Jejak darahmu masih terisap
Sedang engkau bersuara selamat
Mereka sudah lalu berdamai bersama pisau laser
Mendinginkan dihinggapi lampu propaganda
Bilyet anestesi berubah kira
Malam bulan terisak
Air matanya rinai
Jakarta, 19 Mei 2020
Pelihara Malam
Detak jarum-pencucuk jam berjalan
Di kamar-kamar mumbung panggilan gelombang
Ambang portal penuh wajah cemas
Kali ini kutemukan wajah gembira
Setiap gerak stetoskop kerap berusaha
Sungguh tak sedikit bacot selamat dilepaskan
Menyapa pasien di sudut-sudut ira kerubungan
Jika waktu telah tiba
Rasa kantuk pelalah terhambat
Catatan-karangan mendesak dalam manah
Sekilas lagi terbakar di pejabat
Perlahan erang menghampiri
Batas malam melalui
Sewaktu terbentuk
Kubuka sebuah gapura
Bau talenta insan
Menghambur keluar
Ada nan merintih
Ada yang tak ingat diri
Orang-orang lalu perondaan
Sibuk penuh kekhawatiran
Patos
Membelenggu
Arwah-arwah nan lesu
Ketika malam tugas dilayangkan
Asuh malam siap terbang magfirah
Dari IGD tertata curahan hati riwayat keberadaan
Munjung diagnosis dan analisis
Terbantah mudah cuma merayang berhamburan
Maut buruk perut mendekap netral
Terbang menembus nyawa-vitalitas bugar
Kematian adalah garis hidup
Menolong adalah tugas
Jakarta, 17 Mei 2020
Sesuatu yang Ditanyakan
Satu kelihatannya ping tidak ada jawaban
Barangkali masih sibuk
Dua kali ping belum pun direspon
Mungkin masih tidur
Coba kembali yang ketiga kalinya
Langsung diblokir, cak semau segala apa?
Dadanya sesak
Salah satunya
Di setiap tempat
Padahal obrolan mentah namun
Mendung
Dan hujan
Kendari, 3 April 2019
MUHAMAD NADZIR
lahir di Watuputih, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, 7 Mei 1995. Masa kecil banyak dihabiskan di Kota Raha yang tersohor sebagai resep peradaban layang-layang tertua di dunia. Lulusan Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia, Perserikatan Halu Oleo (UHO), Kendari. Semasa kuliah bergabung di Laskar Sastra Universitas Halu Oleo. Sejak tahun 2018, bergiat di Pustaka Kabanti Kendari dan aktif di privat menulis sastra. Sebagai penyair, puisinya tersiar di Surat kabar
Rakyat Sultra
dan
Blog Teks Kabanti. Engkau juga mengikuti Festival Peguyuban Sastra yang dilaksanakan Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara. Mengajuk kegiatan Kenaikan Mutu Kebahasaan untuk Sastrawan Lokal Sulawesi Tenggara di Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara tahun 2014, Temu Penulis dan Penyair Mulai dewasa Sulawesi Tenggara di Biro Bahasa Sulawesi Tenggara perian 2015, Pelatihan Penulisan Kritik Sastra oleh Kantor Bahasa Sulawesi perian 2016, Arahan Teknis Penyedia Literasi Baca-Tulis Tingkat Regional Sulawesi–Maluku, di Makassar, Sulawesi Selatan tahun 2019, Bimbingan Penulisan Cerita Anak asuh, Kendari, perwakilan komunitas Laskar Sastra Perkumpulan Halu Oleo cak bagi program kegiatan peningkatan kompetensi literer cak bagi pegiat sastra Sulawesi Tenggara, dan sederet kegiatan lainnya. Saat ini mencoba petualangan di Jakarta serempak konstan bergiat di Referensi Kabanti Kendari secara jarak jauh-jarak dekat habis komunikasi digital. Puisinya ikut tergabung pada pusparagam puisi
Wabah Puisi
yang berisikan 459 puisi berpangkal 459 penyair yang merencana tentang pandemik covid-19 (Penerbit: Teras Budaya Jakarta dan Yayasan Dapur Sastra Jakarta, Tahun 2020).
Source: https://pustakakabanti.wordpress.com/2020/09/20/di-tahun-tahun-musim-pergantian-dan-bahagia-di-debur-diam-puisi-muhamad-nadzir/