tokoh ateis indonesia

Masih banyak turunan yang keseleo kaprah perihal atheis, agnostik dan deisme. Parahnya kembali, mereka seakan-akan berbangga dengan hal itu dan justru memamerkannya.

Bikin itu rasa-rasanya terbiasa bagiku cacat batik mengenai catur peristiwa berikut yakni, komunisme, atheis, agnostik dan deisme serta susunan semuanya dengan agama.

Apakah Komunis = Atheis?

Komunis, Ateis, Agnostik dan Deisme

Sudah lalu sering aku bercocok orang, baik secara sekalian maupun online, nan menganggap atheis identik dengan komunis. Jadi semua penganut paham komunisme adalah juga seorang atheis.

Ini sangat dangkal, banal dan pelecok kaprah. Komunis yakni rukyah sosial, ketatanegaraan, ekonomi maupun filsafat. Enggak terserah nan mengharuskan seorang komunis mesti tidak bertuhan. Banyak simpatisan dan anggota Partai Komunis di seluruh dunia yang ternyata beragama.

Walau begitu nampaknya memang pandangan bahwa komunis merupakan atheis bisa ‘dibenarkan’ karena fakta akan beberapa situasi berikut ini :

  1. Mbuk Soviet, Cina dan Korea Utara sangat membatasi persebaran serta perkembangan agama di negara mereka.
  2. Para pejabat dan kader PKC (Partai Komunis Cina) haruslah tidak beragama.
  3. Ialah fakta yang tidak terbantahkan bahwa Karl Marx kontak bersuara jika ‘agama adalah candu masyarakat’ namun lega konteks yang selayaknya bisa diartikan tambahan pula yang sebaliknya, karena alas kata candu (opium) adalah peringan rasa sakit.

Yuk kita periksa ketiga premis di atas secara kian mendetail dengan berdasarkan fakta di tanah lapang, bukan melulu pada teori dan ‘apa yang seharusnya’ yang lebih yaitu senyap filsafat.

Pembatasan Gerak Agama di Negara Komunis

Uni Soviet dan Cina merupakan dua negara komunis terbesar. Satunya mutakadim bangkrut dan kolaps, satunya makin berjaya dan menjadi penantang utama Barat.

Ketika Taci Soviet berwenang, banyak katedral dan bangunan ibadah milik umat Kristen Ortodoks (salah satu revolusi penting agama Kristen) dialihfungsikan menjadi pakus, pakan ternak, kurungan, biro publik, sampai kolam renang. Pun demikian di Cina hingga musim ini, pemerintah berusaha kerjakan membatasi secara terang-terangan perkembangan kekristenan yang semakin lama semakin kuat pengaruhnya bagi kalangan rakyat biasa.

Ini dikarenakan lega musim sebelum komunis, rakyat ditindas makanya kaum feodal yaitu kerajaan Rusia dan bermitra dengan dom. Ketika Sirkulasi Oktober menunukan dan Komunis menang, jelas terjadi hal yang sebaliknya merupakan kaum agamawan beserta dogma agama dihabisi.

Puak Komunis Cina dan Agama

Poin kedua, memang lega dasarnya anggota Organisasi politik Komunis Cina dilarang memeluk agama. Hal ini tentu saja mengindikasikan bahwasanya organisasi politik terkuat dan satu-satunya di Tiongkok itu punya komplikasi dengan agama.

Organisasi politik dan pemerintah, walaupun mengikhlaskan agama tradisional, Islam dan Buddha berkembang di Cina, semata-mata suntuk membatasi Kekristenan karena dianggap sebagai perpanjangan tangan Barat. Walau sejenis itu terserah konflik etnis yang pas khusyuk antara basyar Han dengan Xinjiang ataupun Pemerintah Cina dengan Uighur.

Agama Adalah Candu

Poin ketiga, ungkapan Karl Marx akan halnya agama sebenarnya dipotong secara acak. Tulisan tersebut pecah semenjak karya pria Jerman itu mengenai

Kritik Terhadap Filsafat Hegel

yang ditulisnya sewaktu masih cukup muda.

Adapun kutipan yang sememangnya dan cermin yaitu sebagai berikut :

The foundation of irreligious criticism is: Man makes religion, religion does not make man. Religion is, indeed, the self-consciousness and self-esteem of man who has either titinada yet won through to himself, or has already lost himself again. But man is no abstract being squatting outside the world. Man is the world of man – state, society.

This state and this society produce religion, which is an inverted consciousness of the world, because they are an inverted world. Religion is the general theory of this world, its encyclopedic compendium, its logic in popular form, its spiritual point, its enthusiasm, its moral sanction, its solemn complement, and its universal basis of consolation and justification. It is the fantastic realization of the human essence since the human essence has not acquired any true reality. The struggle against religion is, therefore, indirectly the struggle against that world whose spiritual aroma is religion.

Religious suffering is, at one and the same time, the expression of benaran suffering and a protest against betulan suffering. Religion is the sigh of the oppressed creature, the heart of a heartless world, and the soul of soulless conditions.
It is the opium of the people.

The abolition of religion as the illusory happiness of the people is the demand for their real happiness. To call on them to give up their illusions about their condition is to call on them to give up a condition that requires illusions. The criticism of religion is, therefore, in embryo, the criticism of that vale of tears of which religion is the halo.
(Karl Marx)

Entah bagaimana kesannya kata keterangan minimal terkenal bermula agama adalah apiun merupakan sebuah pelabelan pro atheisme nan harus diikuti semua suku bangsa Marxian maupun Komunis. Mungkin sekali karena pada praktiknya, komunisme selalu berhadapan dengan gereja, khususnya di Eropa. Makin tajam, Vladimir Lenin sebagai bapak pembina Uni Soviet menguraikan bahwa :

Agama yakni opium cak bagi publik: ini tulisan Marx, inilah batu loncatan dari keseluruhan ideologi Marxisme mengenai agama. Seluruh agama dan katedral-katedral modern, semua varietas organisasi agama burung laut dianggap organ dari reaksi borjuis oleh Marxisme. Beliau digunakan bagi melindungi eksploitasi dan kelumpuhan kelas pekerja

Walau begitu suka-suka kesalahan lautan yang terjadi di dalam premis-premis di atas dimana faktanya ada banyak orang komunis yang pula memeluk agama.

Laksana sebuah pandangan ketatanegaraan, komunis memiliki variasi yang beragam. Tambahan pula ada yang menilai sekelas rata sama rasa, keadilan, anti penindasan, dan kebersamaan adalah inti dari agama sehingga koteng komunis tidak merasa punya masalah untuk menganut komunisme sedarun memeluk agama.

Dua contoh yang menarik dan telak dalam menggantikan hal ini adalah
Haji Misbach. Juga ada Tan Malaka yang merupakan muslim konsisten.  Keduanya adalah sekaligus penganut paham komunis dan tamatan anggota Serikat Islam.

Di India, pengikut Organisasi politik Komunis juga merupakan penganut agama setempat. Semenjana di Palestina, takut Partai Pemaafan Rakyat Palestina alias PFLP yang dibentuk oleh sendiri Masehi bernama George Habbash.

Tidak hanya di Indonesia, di negara barat sekalipun banyak muncul propoganda bahwa komunis = atheis. Padahal
siapa saja bisa menjadi atheis, termasuk penyanjung liberalisme dan penyumbang kapitalisme sekalipun.

Jelas sekali di bintik ini alhasil kita semua setuju jika Komunisme sebagai sebuah ideologi, konsep garis haluan atau analisa ekonomi tidak suka-suka kaitannya dengan ateisme ataupun anti-agama.

Jadi inferensi yang dapat saya dan beliau ambil adalah komunisme tidak proporsional dengan ateisme. Adalah hal nan normal jika seorang komunis juga memeluk agama, atau non komunis menjadi ateis.

Ateisme Sebagai Antitesa Agama

Lantas segala itu ateisme? Penjelasan minimum umum adalah ateisme yaitu sebuah penglihatan yang mana penganutnya tidak percaya adanya Tuhan.

Ada dua konsep yang dicoba kerjakan dibedakan terkait dengan ateisme, yakni :

  1. Saya berketentuan bahwa Allah bukan terserah.
  2. Saya tidak beriman adanya Yang mahakuasa.

Beberapa sendang membedakan dua pernyataan tersebut, namun secara akal sehat pribadi, mari kita akui dua situasi di atas sama saja.

Kafir erat kaitannya dengan agama. Banyak orang kafir yang tadinya beragama atau punya akar spiritual. Silahkan baca alasan cak kenapa banyak orang memilih menjadi ateis dimana Anda akan menemukan banyak fakta yang mencenangkan.

Jika Anda menduga ateisme merupakan sebuah nama peralihan zaman dan fenomena yang unjuk baru-baru tetapi di era berbudaya, maka jangan marah jika saya menyalahkan pemikiran dangkal itu.

Tak kurang di era Yunani Kuno, pandangan yang tidak percaya sreg Halikuljabbar personal telah berkembang dan diawali oleh tokoh-biang kerok filsuf ternama.

Lucunya, ateisme nampaknya kelihatannya senjata yang dipakai bisa jadi semata-mata. Perhatikan tiga poin berikut ini yang jelas-jelas mengungkapkan kebingungan akan ajaran orang lain yang melahirkan latah pelabelan ateisme.

  1. Turunan Romawi / Yunani penganut dewa-dewi dan penyanjung politeisme menyebut anak adam Yahudi dan Ibrani-Kristen sebagai ateis karena menolak menyembah batara alias Yamtuan.
  2. Manusia Kristen menegur kaum pagan sebagai kafir karena lain percaya puas konsep ketuhanan yang mereka bawa. Ini terjadi khususnya detik Kristen menguasai Romawi dan jadi agama terbesar hingga hari ini.
  3. Kaum agamawan secara umum menjuluki komunis sebagai atheis.

Secara pribadi aku membatasi term kafir kepada mereka yang bukan percaya pada Almalik, percaya tidak ada Tuhan dan bukan meyakini kedatangan Allah baik personal maupun natural.

Ateisme sewajibnya tidak beriman setan, hantu puaka, hantu leher panjang, santet, atau penjelmaan. Semua term magis dan spiritual itu merupakan surat berharga samping dari iman dan agama.

Kafir yang masih percaya semua itu berarti mereka tidak beriman seutuhnya pada sikap hidup dan saringan ateistik mereka.


Seorang ateis bukanlah seorang yang pasti cerdas.

Setinggi seperti seorang agamawan belum tentu sopan, baik, membela yang lemah, enggak pemerkosa, ataupun tidak pernah korup.

Ateisme dekat dengan pengetahuan namun tidak semua ateis gemar mempelajari sains dan teknologi. Terserah nan tertambat kepada keadaan tersebut ada yang sesekali enggak peduli.

Makara jangan keseleo kaprah dan mencerca semua ateis cerdas. Kufur yang idiot dan pemalas juga dahulu banyak.

Pertanyaannya, apakah semua dahriah tak beragama? Aku ragu untuk menjawab ini karena terkait definisi agama orang lain yang mungkin tiap orang punya deskripsinya masing-masing.

Buat menjawab ini silahkan renungkan pernyataan berikut ini :

  • Yang mahakuasa/Batara/Si Pereka cipta tidak sebanding dengan agama.
  • Di dalam beberapa agama ada Tuhan/Dewa tiap-tiap nan mempunyai karakter dan deskripsi nan mungkin sama boleh jadi berbeda satu dengan yang tidak.
  • Sepanjang seseorang tidak percaya Allah, maka dia kufur.
  • Ateis tak akan memeluk agama yang terletak Tuhan didalamnya, sekadar dapat namun memilih menjadi pengikut ajaran yang didalamnya tidak ditekankan/dikenal adanya Tuhan.

Lantas bagaimana ateism memandang agama? Sangat beragam, seperti sewajarnya orang beragama memandang ateisme : dengan amarah, jijik, minus hormat atau biasa namun.

Lalu seperti apa koteng ateis di dalam kehidupan beragama dan bernegara? Ternyata cak semau banyak hal unik yang mungkin tidak akan Anda duga sebelumnya :

Kafir yang memeluk agama demi keuntungan. Sebagai koteng dahriah, maka tak ada masalah kerjakan memeluk agama asal mendapat habuan keuntungan. Dia enggak takut dikutuk, disiksa malaikat atau jadi target bakar neraka. Sekufu Tuhan sahaja dia tidak mengalir perlahan-lahan. Bagaimana bisa merembah pada sesuatu yang tidak susunan substansial dan terserah.

Sehingga ateis varietas ini bukan punya problem sedikitpun untuk menjadi pemeluk agama tertentu asal bisa naik jabatan, punya partisan, bisa harta ataupun bisa menikahi pujaan. Privat taraf tertentu ketidakpercayaannya sreg Tuhan membuatnya sepi-nyenyat sahaja beribadah dan melakukan laku spiritualitas.

Intinya ia tidak beriktikad Tuhan itu ada dan bakir menghukumnya karena tak tulus. Ia justru bersimbah kesuntukan segala keuntungannya. Orang diversifikasi ini akan sukarela pindah-mengimbit agama asal ada yang dapat didapatkan.

Ateis yang memeluk agama demi keselamatan.Menurut situs DW.com, ada banyak orang di Timur Tengah yang ternyata sudah tidak pun beriman pada Tuhan alias ateis. Sebagai contoh adalah kisahan Lara Ahmed di Irak yang tetap berhijab walau mutakadim jadi kufur.

Ia tidak mengejar keuntungan, melainkan cari selamat. Dengan mengerjakan hal tersebut, setidaknya ia bisa lolos dari hukuman sosial alias negara.

Kafir yang memeluk agama demi tak cak hendak ribet.Ini dugaan pribadiku dan mungkin sekali juga terjadi di lapangan. Ada banyak orang tidak mau ribet-ribet mengurusi, mendeklarasikan atau tunduk pada aturan ateisme mereka.

Mereka sampai-sampai
enjoy
jadi kafir yang konsisten menjalankan adat istiadat ataupun agama dimana tentu saja berkaitan dengan sikap dan jiwa mereka nan menjorokkan plonco-mentah ada sosok bernama Tuhan.

Buktinya, (dan ini masih hipotesa pribadi) ialah bani adam-orang Jepang yang ternyata banyak yang ateis. Padahal hingga momen ini loyalitas warga Jepang pada tradisi takut setolok mambang, pergi ke kuil biar boleh jodoh atau nikah di dom tetapi antap secara Buddhis masihlah kental.

Contoh di Jepang tersebut nan menurut
Jess Staufenberg

sepeti ditulis makanya
Independent, ada nyaris 40% penghuni negara Miyabi tersebut nan yakni ateis. Tetapi tradisi lama terus terpelihara. Mungkin demi menarik wisatawan dan menghasilkan uang jasa.

Kafir yang memeluk agama karena merasa nyaman.  Harus diakui bahwa cak semau rukyat mengatakan agama Buddha tidak terlalu menekankan perihal Dewa Tertinggi maupun Almalik.  Wangsit ini kian bertujuan sebagai sarana mengajarkan welas asih, visiun Darma dan praktik-praktik kebaikan lainnya. Titik api umat Buddha adalah hingga ke kebahagian dengan cara mencecah

Nibbana
.

Nibbana yang menurut penganut Buddha adalah tujuan pencapaian tertinggi bukanlah Tuhan personal seperti yang diajarkan Islam alias Kristen.

Lantas, apakah pasangan perkenalan awal dari ateis? Ada beberapa hal di sini yang perlu diulas untuk menjawab pertanyaan yang kelihatannya unjuk setelah pembahasan di atas.

  • Lawan kata kafir merupakan theis atau teis, termuat diantaranya yakni agama arus utama, agama sreg umumnya, semua agama tradisional dan panteisme.
  • Lawan pembukaan ateis yakni deisme, karena deisme menyepakati adanya Yang mahakuasa meski bukan dalam wujud personal.
  • Lawan kata dahriah, pada kasus tertentu adalah agnostikme, dimana kaum agnostik masih memberi jeruji untuk keikhlasan Allah.

Tokoh-dalang Ateis

Pasti ada banyak sekali tokoh, selebritas, pesohor, hingga pembesar dunia yang kilat-terangan bersedia dan menerima ateis. Jumlah ini barangkali akan bertambah mengingat suka-suka kufur yang tidak peduli serta bukan mau menerima ateisme mereka.

Niels Bohr, biang kerok fisika terdepan terkait struktur atom dan mekanika kuantum.

  • Richard Dawkins, saintis di bidang ilmu hayat.
  • Sigmund Freud, teoretikus dan peletak dasar-dasar psikologi.
  • Stephen Hawking, penyelidik dan penulis.
  • Pierre Simon Laplace, matematikawan sumber akar Perancis.
  • Alfred Nobel, penemu dinamit dan penggagas rahmat nobel.
  • Jeane Baudrilard, filsuf terkemuka Perancis.
  • Mikael Bakunin, inisiator operasi anarki.
  • Friedrich Nietzsche, pemikir dari Jerman.
  • Karl Marx, pakar ekonomi kiri dan pencetus ramalan Marxisme.
  • Bertrand Russel, aktivis dan mahaguru matematika.
  • Slobodan Milosevic, lepasan Kepala negara Yugoslavia / Serbia.
  • Joseph Stalin, pemimpin Uni Soviet.
  • Alexis Tsipras, dedengkot terkemuka Yunani bermula Organisasi politik Syriza.
  • Enver Hoxha, pemimpin legendari Albania.
  • Golda Meir, Perdana Mentri Israel.

Itulah sekeping akan halnya ateisme. Lebih jauh kita akan beralih kepada suatu pandangan yang bertambah perian makin mendapat perhatian, adalah agnostik.

Agnostik Umpama Simplifikasi Keruwetan

Apa itu Agnostik?

Agnostik adalah sebuah paham yang menyatakan bahwa Tuhan atau supranatural siapa ada boleh jadi tidak tetapi tidak boleh dibuktikan ataupun diketahui secara mutlak
.

Selayaknya inti dari agnostik silam simpel, hanya permainan kata yang membuatnya menjadi ribet serta pelik dimengerti.

Ia adalah Agnostik jika :

  1. Tidak tahu apakah Halikuljabbar itu suka-suka ataupun tak, maupun
  2. Tak yakin apakah Tuhan itu suka-suka maupun tidak, atau
  3. Tidak peduli apakah Allah itu cak semau alias tidak.

Kaum agnostik menurut pribadi dan pemikiranku sendiri yaitu sebuah komunitas yang tidak mau ambil khawatir terhadap perdebatan apakah terserah ataupun tidak adanya Tuhan beserta sekuritas samping yang menyertainya, khususnya agama.

Agnostik juga merupakan sebuah tempeleng kognisi cak bagi kita semua bahwa setidaknya kerumahtanggaan menjawab soal ‘apakah dia percaya akan adanya Tuhan?’ sejatinya memiliki tiga opsi jawaban.

  • Ya, saya percaya bahwa Tuhan itu ada.
  • Tidak. Saya lain percaya akan adanya Sang pencipta.
  • Tidak tahu. Termasuk tidak peduli.

Adanya ribuan agama dan belasan ribu Tuhan selama rekaman tentu sangat membingungkan. Andaikanpun cak semau, Almalik yang mana yang benar?

Kewajaran Agnostik

Ini kembali merupakan kepolosan yang lahir bersumber upaya menguak sisi munafik manusia, yang bertahu-tahu dan malah sok menginterpretasikan Sang pencipta sesuai kehendaknya tiap-tiap.

Daripada menambah daftar tingkatan mengenai Sang pencipta yang telah terlampau tahapan, kok lain tunduk tetapi dan menjawab enggak tahu. Apakah ini sebuah bukti kebodohan dan balasan kaum agnostik sreg iman termasuk keterangan? Tentu tak, Vladimir!

K. Bertens
dalam bukunya
Sejarah Makulat Yunani
sudah pernah membahas
Protagoras
yang meragukan kesediaan dewa-dewi, apakah mereka sungguh-sungguh ada ataupun enggak.

Suka-suka sejumlah poin yang perlu untuk dibahas di sini tercalit interelasi antara agnostik dan agama, termasuk pertanyaan mendasar : Halikuljabbar itu ada atau lain?

Susah untuk membuktikan adanya Tuhan atau tidak adanya Tuhan.

  • Mungkin Tuhan ada boleh jadi juga tidak.
  • Semua turunan memiliki camar duka beragam yang mungkin berada di asing ilmu pengetahuan.
  • Menjawab enggak adv pernah adalah kembali jawaban.
  • Tidak menjawab karena memang enggak senggang juga adalah sebuah ‘jawaban’.
  • Lebih baik menjawab tidak tahu daripada bertahu-tahu.

Filsafat David Hume

Riuk satu tokoh terpenting dalam filsafat dan kemunculan agnostikme adalah
David Hume. Dia adalah pemikir, saintis dan visioner berpunca Skotlandia.

Internal karyanya yang berjudul

An Inquiry Concerning Human Understanding

mengungkapkan dengan mustakim jika bani adam dan akalnya, termasuk amanat serta pengalamannya akan sulit bakal mencapai pembuktian apakah Allah itu ada atau tidak.

Who is more humble? The scientist who looks at the universe with an open mind and accepts whatever the universe has to teach us, or somebody who says everything in this book must be considered the lurus truth and never mind the fallibility of all the human beings involved? (Carl Sagan)

Variasi Agnostik

Terkait dengan pandangannya terhadap agama ataupun ketuhanan, agnostikme punya beberapa varian yang cukup unik satu dengan yang enggak.

  • Agnostik Ateisme. Pandangan mereka nan tidak percaya pada kerelaan dewa/Tuhan apapun, tetapi bukan mengklaim tahu apakah batara itu ada atau tidak suka-suka.
  • Agnostik Teisme. Penglihatan mereka yang tak mengaku tahu konsep keberadaan dewa/Tuhan apapun, belaka masih percaya pada keberadaan tersebut.
  • Apatis maupun Agnostisisme Realistis. Rukyat bahwa enggak terserah bukti baik ada ataupun tidaknya dewa/Tuhan apapun, tetapi karena setiap batara yang boleh jadi semata-mata suka-suka itu dapat beraksi tidak peduli kepada internasional atau kesejahteraan penghuninya, pertanyaan ini lebih bersifat akademik.
  • Agnostisisme Kuat. Penglihatan bahwa cak bertanya adapun terserah atau tidak adanya batara/Tuhan, dan adat realitas lain bisa diketahui dengan alasan ketidakmampuan alamiah kita untuk memverifikasi camar duka dengan apapun selain camar duka subyektif lain. Seorang penganut agnostik kuat akan mengatakan, “Saya tidak bisa tahu apakah dewa itu terserah alias tidak, begitu juga beliau.”
  • Agnostisisme Lembam. Pandangan bahwa suka-suka alias tidaknya setiap batara saat ini tidak diketahui, namun belum tentu untuk kemudian periode, sehingga orang akan membendung penilaian sampai muncul bukti yang menurutnya dapat menjadi alasan bikin beriman.

Tokoh Agnostik

Sembarang orang tokoh agnostik dunia nan terkenal? Ada banyak sekali pesohor, pemikir, dan saintis yang akhirnya diketahui menjadi penganut agnostik.

  • Ibn Warraq
  • Albert Einstein
  • Mark Twain
  • Jorge Luis Borges
  • Warren Buffet
  • Brad Pitt
  • Sean Penn
  • Protagoras
  • Nehru
  • Emile Durkheim
  • Steve Wozniak

Deisme Umpama Sebuah Agama Ekstremis

Tiga hal di atas : komunisme, ateisme dan agnostik mutakadim kita bahas panjang lebar. Namun kurang lengkap nampaknya untuk mengakhiri esai ini minus menyinggung satu lagi pandangan tentang Tuhan yang juga sedang naik daun :

deisme
.

Barang apa itu deisme? Deisme adalah penglihatan yang menyatakan secara sumir bahwa Tuhan itu terserah semata-mata tidak timbrung campur pada kehidupan manusia. Terdengar munafik, kompromistis dan secarik-segumpal? Tunggu lampau, Dimitry!

Keberadaan deisme andai sebuah pandangan hidup enggak dapat dipungkiri berpunca adanya nuansa untuk mempersoalkan darimana semua keserasian liwa sepenuh ini bermula. Pengetahuan dan sains masih belum cukup bikin menjawabnya. Agnostikme pula menambah ketidakpuasan itu menjadi lebih raksasa lagi.

Semata-mata jika Tuhan itu terserah, tuhan yang mana yang minimal benar? Itulah poin pentingnya. Deisme tak zakar agama, wahyu, kitab putih maupun rasul untuk percaya bahwa Tuhan itu ada. Naluri, insting dan akal budi para deis sudah lalu lebih semenjak sepan untuk menarik kesimpulan akan halnya adanya Sang pencipta.

Deis juga menolak mujizat, keadaan ajaib, sihir atau magis yang ada di agama-agama, melainkan percaya pada sain dan hukum alam. Sang pencipta telah menciptakannya, dan (menurutku pribadi) kabilah deis ingin manusia membereskan wawasan akan syariat pan-ji-panji tersebut alih-alih percaya pada dongeng, narasi ajaib dan firman yang dibawakan mereka yang bersedia dan menerima rasul.

The Religion then of every man must be left to the conviction and conscience of every man; and it is the right of every man to exercise it as these may dictate. This right is in its nature an unalienable right. It is unalienable, because the opinions of men, depending only on the evidence contemplated by their own minds cannot follow the dictates of other menandai: It is unalienable also, because what is here a right towards men, is a duty towards the Creator. It is the duty of every man to render to the Creator such homage and such only as he believes to be acceptable to him. (James Madison)

Bertuhan Minus Agama

Lega abad ke 18, deisme begitu menonjol. Para saintis yang menolak ateisme ternyata juga tak cak hendak percaya begitu saja akan teologi-doktrin agama yang ada. Mereka kemudian secara tidak serempak ‘menemukan kembali’ insting hamba allah untuk percaya lega Tuhan tanpa melangkaui agama.


Deist

yakni para penganut deisme secara kredibel meyakini tangan kanan mereka akan manusia Tuhan, entah itu secara personal maupun universal, dan tetap membudidayakan gairah yang segara untuk sains.

Mereka boleh jadi menolak agama, dogma, upacara dan ajaran yang kaku doang mereka tidak bernas menyorong fakta bahwa semesta butuh pencipta.

If there was a God he reasoned it would have the same relation to us as we have to blades of grass. Do we make them grow? Yes in the sense that we water the lawn. Do we care for them and worry over them? Again as a lawn but not as spesifik blades. We don’t give them names. We just want them to look nice and green. A God who created the earth would want it to look nice an blue from space. He would sit back after a long day of creating things and think to himself now that’s what a bintang siarah should look like. (Tom Lichtenberg)

Siapa sekali nantinya paham Deisme akan lebih terkenal tersapu rasa malas generasi muda bikin melihat pertikaian dan perang yang terjadi yang lebih-lebih disebabkan oleh adanya agama.

Tokoh Deisme

Ada banyak sekali motor terdepan privat flsafat deisme. Mayoritas biang kerok Deisme berasal dari golongan saintis Eropa Barat maupun bapak filsuf, pembina dan pionir kemenangan Amerika Perkongsian. Adapun beberapa diantaranya adalah :

  • John Locke, pemikir utama Deisme.
  • Voltaire, pemikir dan filsuf Perancis.
  • Diderot, pelopor revolusioner Perancis.
  • Russou, filsuf ternama Eropa.
  • Napoleon Bonaparte, inisiator kharismatik Perancis.
  • Neil Armstrong, astronot.
  • President Rodrigo Duterte berpunca Filipina.
  • Thomas Jefferson, Presiden Amerika Sekutu
  • Abraham Lincoln, ketua benteng anti perbudakan dalam perang tembuni Amerika.
  • Dmitri Mendeleev, teoretikus dan cendekiawan Rusia.
  • James Watt, penemu mesin uap.

Jam tangan di Semak-Semak

analogi arloji
Arloji di semak-semak

Walau mungkin tidak berkaitan, tetapi deisme bisa hanya dijelaskan dengan analogi arloji. Suatu ketika seseorang menemukan sebuah jam tangan di belukar-belukar. Tentu ini hal nan penting bukan, karena dengan ini menandakan bahwa cak semau seseorang yang menciptakan arloji tersebut.

Source: https://www.catatanadi.com/2020/12/komunis-ateis-agnostik-dan-deisme.html